daftar cerita sex sedarah

RedmiQQSitus Judi Online dan Situs Poker Online Terpercaya di Indonesia. RedmiQQ merupakan salah satu situs yang menyediakan Berbagai pilihan Permainan Kartu yang dapat nikmati Secara online di Indonesia, Yang pertama kali di Rilis pada Tahun 2000an. Beberapa jenis Dinikmati oleh Pemain Judi Online Terbaik di Indonesia Berikut merupakan Poker Taklupa tanganku menggerayangi payudaranya. "Oohhh mas.. pintar sekali kamu, ohhhh.. achhh..". Kuturunin lidahku menuju payudaranya dan kugigit-gigit kecil dari luar dasternya. "Oohh.. mass cepaattt nanti anakku bangun" bisiknya pelan langsung tanpa ada yang perintah. Bersambung. Bandung one night stand - 1. Bandung one night Bacacerita ngentod terpopuler di Wattpad, platform bercerita interaktif terbesar di dunia. ngentod ngewe ketagihan crot enak sedarah 18 21 sange mesum adik kakak dewasa basah coli oneshot ceritadewasa hot hamil ibu. 82 cerita 4.8K 40 1. Cuma oneshoot random tentang sex alias ngewe, ngentot. Menggunakan bahasa vulgar. dewasa; colmek CeritaDewasa Laskar Pelangi - Andrea Hirata. Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, memang sudah tidak di ragukan lagi menjadi novel yang sangat memotivasi banyak orang, terutama orang dewasa. Laskar Pelangi bercerita tentang semangat sepuluh anak asal Belitung dalam menggapai cita-citanya. Mereka tetap berjuang meski mengalami banyak kesulitan SeksBugil Perjalanan Sex Yang Menyenangkan. Seks Bugil Hari minggu pagi dibulan februari 2010 aku menunggu kereta ekspress yang akan mengantarku kembali ke kota Y karena esok hari aku harus masuk kuliah lagi. Sebelumnya perkenalkan namaku didit berumur 22 tahun, menurut mantan - mantanku dan sahabat - sahabat cewekku aku ini orangnya mở bài nghị luận xã hội học sinh giỏi. Feni tenggelam di dalam pelukan darah dagingnya yang sudah tumbuh menjadi pengacara tangguh, pembela para wanita tertindas. Ia menangis namun mulutnya tetap bungkam, yang terdengar hanya isakan yang sesekali. Feni membayangkan sesuatu. Ia memutar mundur waktu hingga beberapa menit yang lalu, saat suaminya meminta dirinya dan Shinta menunggu selama 10 menit. Kemudian Rudi meninggalkan mobil dan masuk ke dalam gedung. Bayangan yang begitu nyata ketika Rudi menyingkirkan papan kuning bertuliskan "Dalam Perbaikan" Menyiapkan beberapa hal teknis sehingga lift bisa digunakan walau sedang rusak. Setelah mereka berdua menaiki lift tanpa rasa curiga sedikitpun. Rudi mengkondisikan petugas kebersihan gedung untuk melakukan hal lain. Agar tidak ada saksi dan penolong bagi mereka yang terjebak di lift. Feni semakin yakin saat mengingat cara suaminya mempersilakan untuk naik lift sambil berkata "Nah, puteri cantik Papa dan permaisuriku silahkan naik lift ini duluan ke lantai 10, nanti Papa nyusul ada kerjaan sedikit buat petugas-petugas itu" . Untuk Feni bayangan itu bukan sekedar fikiran picik dari isteri yang dendam karena suaminya pernah selingkuh. Sebagai seorang ahli forensik dan seorang dokter yang bergelar spesialis Kedokteran Kehakiman, Feni sudah terbiasa memutar waktu mundur untuk membuat perkiraan kejadian. Feni sudah terbiasa membantu penyidik memecahkan misteri di Tempat Kejadian Perkara. "Mama, kita sudah di sini setengah jam tapi mana bantuanya? kok belum ada yang datang" Shinta mulai gelisah hingga menangis, ia menatap ponsel yang tidak berfungsi di dalam lift yang rapat, pengap tanpa udara. "Papa mu berusaha membunuh kita" Feni mengeluarkan kata-kata yang sangat mengejutkan Shinta. "Apa? Mama boleh panik tapi jangan ngomong yang tidak-tidak! Pasti mama ribut lagi sama Papa, buat apa siy Ma? Papa sudah menyetujui pernikahan ini sejak lama. Kita sudah tidak punya masalah lagi Ma." "Fransiska..." "Apa masalah Ibunya? Yudi seorang yatim, hanya dibesarkan oleh seorang ibu yang baik hati. Itu tidak cukup untuk Mama sama Papa?" air mata mengalir perlahan menghapus kecantikannya. "Baiklah jika kamu benar-benar ingin tahu Sayangku. Fransiska dahulu adalah sekretaris Papa mu. Dia adalah seorang penggoda, maafkan ibu untuk kenyataan ini, tetapi memang ini lah yang terjadi." Feni menarik nafas perlahan. "Mulanya Mama tidak mengerti mengapa Papa langsung menolak hubungan kalian ketika bertemu dengan Ibunya Yudi. Yudi memang pria yang baik. Mama dan Papa sering bertengkar membela hubungan kalian, tetapi Papa selalu menentang. Sampai akhirnya mama coba mendesak Papa untuk menjelaskan alasan sebenarnya. Papa pun akhirnya mengakui bahwa..." Bibir Feni menjadi berat untuk melanjutkan kalimatnya. "Bahwa apa Ma?" Shinta mengusap tangis dan mulai serius mendengarkan ibunya. "Papa mu selingkuh dengan Fransiska". Kini tangis itu tidak terbendung, Feni menangis sejadinya. Di dalam tangisnya yang pecah Feni melanjutkan ceritanya, "Dulu Papa pernah berselingkuh dengan Fransiska, sayangnya Papa tidak mau jujur sepenuhnya tentang apa saja yang sudah mereka lakukan di belakang Mama." "Mama sangat marah, tentu saja cemburu. Mama yakin mereka tidak sekedar bercumbu, dan mama yakin ini merupakan penghianatan terbesar Papa mu terhadap mama. Itu sebabnya mama pernah meminta mu mendampingi mama menggugat cerai Papa mu." Cerita Seks Sedarah Nikmatnya Memek Mulus Kakak Kandung. Berikut ini adalah kisah Cerita Sex , dewasa , ngentod, memek , mulus, ngentod waktu kelas 1 SMA, yaitu pengalaman ngentod dengan kakak kandung gue sendiri. Oh iya, perkenalkan nama gue Ivan. Berikut ini cerita nya, selamat menikmati yah… Malam jumat pukul gue asyik membaca buku stensilan… Lanjutkan membaca Cerita Seks Sedarah Nikmatnya Memek Mulus Kakak Kandung Cerita Seks Pengalaman Gadis SMP. Cerita yang kutulis ini adalah kisah nyata pengalamanku beberapa tahun yang lalu. Pengalaman sex pertama tak kuduga yang terjadi ketika aku masih gadis SMP, tepatnya ketika baru saja akan masuk kelas 2 SMP. Hubungan sex itu terjadi bersama teman papaku yang bernama Om Bayu. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan… Lanjutkan membaca Cerita Seks Pengalaman Gadis SMP Cerita Seks Ngentot Liza Adik Iparku. Usiaku sudah hampir mencapai kepala tiga, ya… sekitar 2 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 6 orang, ironisnya… Lanjutkan membaca Cerita Seks Ngentot Liza Adik Iparku Cerita Seks Sedarah Melayani Mama dan Adik. Sudah sejak berumur 7 atau 8 tahun aku mempunyai keingintahuan dan hasrat yang kuat akan seks. Secara sembunyi-sembunyi aku sering membaca majalah dewasa milik orang tuaku. Biasanya hal itu kulakukan saat sebelum berangkat sekolah dan orang tuaku tidak di rumah. Saat membaca majalah tersebut aku juga beronani untuk… Lanjutkan membaca Cerita Seks Sedarah Melayani Mama dan Adik Cerita Seks Sedarah Memuaskan Ibu Kandung. Kembali lagi ke cerita sex yang pasti dunk sudah kamu tunggu cerita seks yang baru apa dan kali ini yang baru adalah berjudul asal ibu senang nah gimana ya ceritanya langsung baca dan jangan lupa cuci muka dulu biar ga ngantuk. Gue cowok yang masih single. Gue kerja seruang… Lanjutkan membaca Cerita Seks Sedarah Memuaskan Ibu Kandung Cerita Sek Sedarah Gairah Kakak Kandungku. Didasari dengan rasa sayang yang aneh, aku akan menceritakan kisahku saat aku disiruh pergi kemedan untuk menemani pamanku setelah dia ditinggal oleh istrinya, dari kecil aku sring pindah pindah sekolah mulai dari SD sampai SMA aku juga selalu dititipkan ke saudara yang jauh, aku gak tahu maksut dari orang tuaku… Lanjutkan membaca Cerita Sek Sedarah Gairah Kakak Kandungku Cerita Dewasa Ngentot Sepupu Lagi Hamil. Nama sepupu gue ini adalah Monika dan suaminya Budi. gue memanggil sepupu gue itu dengan sebutan mbak Monika karena dia lebih tua dari gue. dia adalah pengantin baru dan tengah hamil. gue berangkat ke kota S pada hari sabtu dan langsung menuju rumah mbak Monika. sampai dirumahnya gue langsung disambut… Lanjutkan membaca Cerita Dewasa Ngentot Sepupu Lagi Hamil Cerita Ngentot Adikku Yang Montok. Ini kebiasaan teman-temanku setiap jam istirahat ketiga pada hari Kamis. Kami, siswa-siswi SMA, pulang sekolah pukul setiap harinya; sementara siswa-siswi SMP sudah mengakhiri pelajaran pada pukul bertepatan dengan jam istirahat ketiga kami. Setiap saat itulah, teman-temanku berdiri bersandar di balkon dan menonton siswa-siswi SMP sekolah kami yang sedang berjalan… Lanjutkan membaca Cerita Ngentot Adikku Yang Montok Navigasi pos Kisah sex sedarah atau incest antara anak yang menikmati memek mama saat suami tak dirumah dengan judul “ Ngentot Memek Sempit Mama Saat Papa Ga Dirumah ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati. Namaku Ata, umurku 16 tahun, aku tinggal bersama Mamaku 42 tahun, bersama papa dan adik perempuanku yang duduk […]Ngentot Memek Sempit Mama Saat Papa Ga Dirumah Selasai mandi hari sudah hampir gelap. Di ruang keluarga Tante sedang duduk di sofa nonton TV sendiri. “Senamnya di mana Tante ?” Aku coba membuka percakapan. Aku memberanikan diri duduk di sofa yang sama sebelah kanannya. “Dekat, di Tebet Timur Dalam”. Malam ini Tante mengenakan daster pendek tak berlengan, ada kancing-kancing di tengahnya, dari atas ke bawah. “Tumben, kamu tidur siang” “Iya Tante, tadi main voli di situ” jawabku tangkas. “Kamu suka main voli ?” “Di Kampung saya sering olah-raga Tante” Aku mulai berani memandangnya langsung, dari dekat lagi. Ih, bahu dan lengan atasnya putih banget! “Pantesan badanmu bagus” Senang juga aku dipuji Tanteku yang rupawan ini. “Ah, Kalau ini mungkin saya dari kecil kerja keras di kebun, Tante” Wow, buah putih itu mengintip di antara kancing pertama dan kedua di tengah dasternya. Ada yang bergerak di celanaku. “Kerja apa di kebun ?” “Mengolah tanah, menanam, memupuk, panen” Buah dada itu rasanya mau meledak keluar. “Apa saja yang kamu tanam ?” tanyanya lagi sambil mengubah posisi duduknya, menyilangkan sebelah kakinya. Kancing terakhir daster itu sudah terlepas. Waktu sebelah pahanya menaiki pahanya yang lain, ujung kain daster itu tidak “ikut”, jadi 70 % paha Tante tersuguh di depan mataku. Putih licin. Yang tadi bergerak di celanaku, berangsur membesar. “Macam-macam tergantung musimnya, Tante. Kentang, jagung, tomat” Hampir saja aku ketahuan mataku memelototi pahanya. “Kalau kamu mau makan, duluan aja” “Nanti aja Tante, nunggu Oom” Aku memang belum lapar. Adikku mungkin yang “lapar” “Oom tadi nelepon ada acara makan malam sama tamu dari Singapur, pulangnya malam” “Saya belum lapar” jawabku supaya aku tidak kehilangan momen yang bagus ini. “Kamu betah di sini ?” Ia membungkuk memijit-mijit kakinya. Betisnya itu… “Kerasan sekali, Tante. Cuman saya banyak waktu luang Tante, biasa kerja di kampung, sih. Kalau ada yang bisa saya bantu Tante, saya siap” “Ya, kamu biasakan dulu di sini, nanti Tante kasih tugas” “Kenapa kakinya Tante ?” Sekedar ada alasan buat menikmati betisnya. “Pegel, tadi senamnya habis-habisan” Di antara kancing daster yang satu dengan kancing lainnya terdapat “celah”. Ada yang sempit, ada yang lebar, ada yang tertutup. Celah pertama, lebar karena busungan dadanya, menyuguhkan bagian kanan atas buah dada kiri. Celah kedua memperlihatkan kutang bagian bawah. Celah ketiga rapat, celah keempat tak begitu lebar, ada perutnya. Celah berikutnya walaupun sempit tapi cukup membuatku tahu kalau celana dalam Tante warna merah jambu. Ke bawah lagi ada sedikit paha atas dan terakhir, ya yang kancingnya lepas tadi. “Mau bantu Tante sekarang ?” “Kapan saja saya siap” “Betul ?” “Kewajiban saya, Tante. Masa numpang di sini engga kerja apa-apa” “Pijit kaki Tante, mau ?” Hah ? Aku tak menyangka diberi tugas mendebarkan ini “Biasanya sama Si Mar, tapi dia lagi engga ada” “Tapi saya engga bisa mijit Tante, cuma sekali saya pernah mijit kaki teman yang keseleo karena main bola” Aku berharap ia jangan membatalkan perintahnya. “Engga apa-apa. Tante ambil bantal dulu” Goyang pinggulnya itu… Sekarang ia tengkurap di karpet. Hatiku bersorak. Aku mulai dari pergelangan kaki kirinya. Aah, halusnya kulit itu. Hampir seluruh tubuh Tante pernah kulihat, tapi baru inilah aku merasakan mulus kulitnya. Mataku ke betis lainnya mengamati bulu-bulu halus. “Begini Tante, kurang keras engga ?” “Cukup segitu aja, enak kok” Tangan memijit, mata jelalatan. Lekukan pantat itu bulat menjulang, sampai di pinggang turun menukik, di punggung mendaki lagi. Indah. Kakinya sedikit membuka, memungkinkan mataku menerobos ke celah pahanya. Tanganku pindah ke betis kanannya aku menggeser dudukku ke tengah, dan..terobosan mataku ke celah paha sampai ke celana dalam merah jambu itu. Huuuh, sekarang aku betul-betul keras. “Aah” teriaknya pelan ketika tanganku menjamah ke belakang lututnya. “Maaf Tante” “Engga apa-apa. Jangan di situ, sakit. Ke atas saja” Ke Atas ? Berarti ke pahanya ? Apa tidak salah nih ? Jelas kok, perintahnya. Akupun ke paha belakangnya. Ampuuun, halusnya paha itu. Kulit Tante memang istimewa. Kalau ada lalat hinggap di paha itu, mungkin tergelincir karena licin! Aku mulai tak tenang. Nafas mulai tersengal, entah karena mijit atau terangsang, atau keduanya. Aku tak hanya memijit, terkadang mengelusnya, habis tak tahan. Tapi Tante diam saja. Kedua paha yang diluar, yang tak tertutup daster selesai kupijit. Entah karena aku sudah “tinggi” atau aku mulai nakal, tanganku terus ke atas menerobos dasternya. “Eeeh” desahnya pelan. Hanya mendesah, tidak protes! Kedua tanganku ada di paha kirinya terus memijit. Kenyal, padat. Tepi dasternya dengan sendirinya terangkat karena gerakan pijitanku. Kini seluruh paha kirinya terbuka gamblang, bahkan sebagian pantatnya yang melambung itu tampak. Pindah ke paha kanan aku tak ragu-ragu lagi menyingkap dasternya. “Enak To, kamu pintar juga memijit” Aku hampir saja berkomentar ”Paha Tante indah sekali”. Untung aku masih bisa menahan diri. Terus memijit, sekali-kali mengelus. “Ke atas lagi To” suaranya jadi serak. Ini yang kuimpikan! Sudah lama aku ingin meremas pantat yang menonjol indah ke belakang itu, kini aku disuruh memijitnya! Dengan senang hati Tante! Aku betul-betul meremas kedua gundukan itu, bukan memijit, dari luar daster tentunya. Dengan gemas malah! Keras dan padat. Ah, Tante. Tante tidak tahu dengan begini justru menyiksa saya! kataku dalam hati. Rasanya aku ingin menubruk, menindihkan kelaminku yang keras ini ke dua gundukan itu. Pasti lebih nikmat dibandingkan ketika memeluk tubuh mbak Mar dari belakang. “Ih, geli To. Udah ah, jangan di situ terus” ujarnya menggelinjang kegelian. Barusan aku memang meremas pinggir pinggulnya, dengan sengaja! “Cape, To ?” tanyanya lagi. “Sama sekali engga, Tante” jawabku cepat, khawatir saat menyenangkan ini berakhir. “Bener nih ? Kalau masih mau terus, sekarang punggung, ya ?”. Aha, “daerah jamahan” baru! Bahunya kanan dan kiri kupencet. “Eeh” desahnya pelan. Turun ke sekitar kedua tulang belikat. Lagi-lagi melenguh. Daster tak berlengan ini menampakkan keteknya yang licin tak berbulu. Rajin bercukur, mungkin. Ah, di bawah ketek itu ada pinggiran buah putih. Dada busungnya tergencet, jadi buah itu “terbuang” ke samping. Nakalku kambuh. Ketika beroperasi di bawah belikat, tanganku bergerak ke samping. Jari-jariku menyentuh “tumpahan” buah itu. Tidak langsung sih, masih ada lapisan kain daster dan kutang, tapi kenyalnya buah itu terasa. Punggungnya sedikit berguncang, aku makin terangsang. Ke bawah lagi, aku menelusuri pinggangnya. “Cukup, To..” Kedua tangannya lurus ke atas. Ia tengkurap total. Nafasnya terengah-engah. “Depannya Tante ?” usulku nakal. Lancang benar kau To. Tante sampai menoleh melihatku, kaget barangkali atas usulku yang berani itu. “Kaki depannya kan belum Tante” aku cepat-cepat meralat usulku. Takut dikiranya aku ingin memijit “depannya punggung” yang artinya buah dada! “Boleh aja kalau kamu engga cape”. Ya jelas engga dong! Tante berbalik terlentang. Sekejap aku sempat menangkap guncangan dadanya ketika ia berbalik. Wow! Guncangan tadi menunjukkan “eksistensi” kemolekkan buah dadanya! Aduuh, bagaimana aku bisa bertahan nih ? Tubuh molek terlentang dekat di depanku. Ia cepat menarik dasternya ke bawah, sebagai reaksi atas mataku yang menatap ujung celana dalamnya yang tiba-tiba terbuka, karena gerakan berbalik tadi. Silakan ditutup saja Tante, toh aku sudah tahu apa yang ada dibaliknya, rambut-rambut halus agak lurus, hitam, mengkilat, dan lebat. Lagi pula aku masih bisa menikmati “sisanya” sepasang paha dan kaki indah! Aku mulai memijit tulang keringnya. Singkat saja karena aku ingin cepat-cepat sampai ke atas, ke paha. Lutut aku lompati, takut kalau ia kesakitan, langsung ke atas lutut, kuremas dengan gemas. “Iih, geli”. Aku tak peduli, terus meremas. Paha selesai, untuk mencapai paha atas aku ragu-ragu, disingkap atau jangan. Singkap ? Jangan! Ada akal, diurut saja. Mulai dari lutut tanganku mengurut ke atas, menerobos daster sampai pangkal paha. “Aaaah, Tooo ….” Biar saja. Kulihat wajahnya, matanya terpejam. Aku makin bebas. Dengan sendirinya tepi daster itu terangkat karena terdorong tanganku. Samar-samar ada bayangan hitam di celana dalam tipis itu. Jelas rambut-rambut itu. Ke bawah lagi, urut lagi ke atas. Aaah lagi. Dengan cara begini, sah-sah saja kalau jempol tanganku menyentuh selangkangannya. Sepertinya basah di sana. Ah masak. Coba ulangi lagi untuk meyakinkan. Urut lagi. Ya, betul, basah! Kenapa basah ? Ngompol ? Aku tidak mengerti. “To …” panggilnya tiba-tiba. Aku memandangnya, kedua tanganku berhenti di pangkal pahanya. Matanya sayu menantang mataku, nafasnya memburu, dadanya naik-turun. “Ya, Tante” mendadak suaraku serak. Dia tak menyahut, matanya tetap memandangiku, setengah tertutup. Ada apa nih ? Apakah Tante ….. ? Ah, mana mungkin. Kalau Tante terrangsang, mungkin saja, tapi kalau mengajak ? Jangan terlalu berharap, To! Aku meneruskan pekerjaanku. Kini tak memijit lagi, tapi menelusuri lengkungan pinggulnya yang indah itu, membelai. Habis tak tahan. “Uuuuh” desahnya lagi menanggapi kenakalanku. Keterlaluan aku sekarang, kedua tanganku ada di balik dasternya, mengelus mengikuti lengkungan samping pinggul. “Too …. ” panggilnya lagi. Kulepas tanganku, kudekati wajahnya dengan merangkak di atas tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan telapak tanganku, tidak menindihnya. “Ada apa, Tante” panggilku mesra. Mukaku sudah dekat dengan wajahnya. Matanya kemudian terpejam, mulut setengah terbuka. Ini sih ajakan. Aku nekat, sudah kepalang, kucium bibir Tante perlahan. “Ehhmmmm” Tante tidak menolak, bahkan menyambut ciumanku. Tangan kirinya memeluk punggungku dan tangan kanannya di belakang kepalaku. Nafasnya terdengar memburu. Aku tidak lagi bertumpu pada lututku, tubuhku menindih tubuhnya. Menekan. Ia membuka kakinya. Aku menggeser tubuhku sehingga tepat di antara pahanya yang baru saja ia buka. Kelaminku yang keras tepat menindih selangkangannya. Kutekan. Nikmatnya! “Ehhhmmmmmm” reaksinya atas aksiku. Kami saling bermain lidah. Sedapnya! Aku terengah-engah. Dia tersengal-sengal. Tangan kananku meremas dada kirinya. Besar, padat, dan kenyal! Ooooohhhh, aku melayang. He!, ini Tantemu, isteri Oommu! Iya, benar. Memangnya kenapa. Mengapa kamu cium, kamu remas dadanya. Habis enak, dan ia tak menolak. Dua kancing dasternya telah kulepas, tanganku menyusup ke balik kutangnya. Selain besar, padat, dan kenyal, ternyata juga halus dan hangat! Tiba-tiba Tante melepas ciumanku. “Jangan di sini, To” katanya terputus-putus oleh nafasnya. Tanpa menjawab aku mengangkat tubuhnya, kubopong ia ke kamarnya. “Uuuuuhhh” lenguhnya lagi. “Ke kamarmu saja” Sebelum sampai ke dipanku, Tante minta turun. Berdiri di samping dipan. Aku memeluknya, dia menahan dadaku. “Kunci dulu pintunya” Okey, beres. Kulepas seluruh kancingnya, dasternya jatuh ke lantai. Tinggal kutang dan celana dalam. Buah dada itu serasa mau meledak mendesak kutangnya! Kupeluk lagi dia. Dadanya merapat di dadaku. “Tooo, hhehhhhhhh” katanya gemas seperti menahan sesuatu. Kami berciuman lagi. Main lidah lagi. Tangannya menyusup ke celanaku, meremas-remas kelaminku di balik celana. “Eehhmmmmmm” dengusnya Dengan kesulitan ia membuka ikat pinggangku, membuka resleting celanaku, merogoh celana dalamku, dan mengeluarkan “isinya” “Eehhh” Ia melepas ciuman, melihat ke bawah. “Ada apa Tante” Tanyaku disela-sela dengus nafasku. “Besar sekali” Ia mempermainkan penisku. Menggenggam, meremas. Geli, geliii sekali. Stop Tante, jangan sampai keluar. Aku ingin pengalaman baru, Tante. Ingin memasuki kelaminmu..sekarang! Kutarik tangannya dari penisku. Untung Tante menurut. Aku tak jadi “keluar” Kulepas tali kutangnya, tapi yang belakang susah dilepas. Tante membantu. Buah dada itu terbuka. biasa indahnya. Belum sempat aku menikmat buah itu, Tante memelukku. Meraih tangan kananku, dituntunnya menyelip ke celana dalamnya. Dibawah rambut-rambut itu terasa basah. Diajarinya aku bagaimana jariku harus bermain di sana menggesek-gesek antara benjolan dan pintu basah itu. “Uuuuuuhhhhhh, Tooo..” Dilepasnya bajuku, singletku, celanaku luar dalam. Aku telanjang bulat. Kutarik juga celana dalamnya. Ia telanjang bulat juga. Luar biasa. Pinggang itu ramping, perut itu rata, ke bawah melebar lengkungannya indah. Rambut-rambut halus itu menggemaskan, diapit oleh sepasang paha yang nyaris bulat. Seluruhnya dibalut kulit yang putih dan mulusnya bukan main!. Ditariknya aku ke dipan. Ia merebahkan diri. Kakinya ditekuk lalu dibuka lebar. Dipegangnya kelaminku, ditariknya, ditempelkannya di selangkangan. Rasanya terlalu ke bawah. Ah, dia kan yang lebih tahu. Aku nurut saja. Tangannya pindah ke pantatku. Ditariknya aku mendekat tubuhnya. Sesuatu yang hangat terasa di ujung penisku. Tangannya memegang penisku lagi. Belum masuk ternyata. Disapu-sapukannya kepala penisku di pintu itu. Sementara ia menggoyang pantatnya. Geliii, Tante. Aku manut saja seperti kerbau dicucuk hidung. Memang belum pengalaman! Didorongnya lagi pantatku. Meleset! Pernah kupikir waktu pertama kali aku melihat kelamin Tante beberapa hari lalu, mana cukup lubang sesempit itu menampung kelaminku yang lagi tegang ? Tante membuka pahanya lebih lebar lagi, mengarahkan penisku lagi, dan aku sekarang yang mendorong. Kepalanya sudah separoh tenggelam, tapi macet! “Kelaminmu besar, sih!”keluhnya. Padahal barusan ia mengaguminya. Ia menggoyang pantatnya dan…bless. Masuk separoh. “Aaaaahhh” teriak kami berbarengan. Terasa ada sesuatu yang menjepit penisku, hangat, enak! Pantatnya bergoyang lagi, tumitnya mendorong pantatku. Blesss..masuk lagi. Makin hangat, makin sedap, dan geli. Goyang lagi, aku dorong sekarang. Masuk semuanya Seedaaaaaaaaap! Tante bergoyang. Nikmaaaaaaaat! Tante menjepit. Geliiiiiiiiiiiiiiii! Kutarik pelan. Terasa gesekan, enak. Ya, digesek begini enak. Tarik sedikit lagi, dan kudorong lagi. “Idiiiiiiiiiiih, sedaaaaapp Too” Tante berteriak, agak keras. Geli di ujung sana. Tariik, dorooong Makin geli.. Geli sekali… Tak tahaaaaaann… “Tahan dulu, To” Tak mungkin, sudah geli Aku melambung, melayang, melepas.. “Aaaaaahhhhhhh” teriakku. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Mengejang, melepas lagi, berdenyut, enak, melepas lagi, nikmat sekali..! “Genjot lagi, To” teriaknya Mana bisa. “Ayo, To” Aku sudah selesai! Tante masih menggoyang Aku ikut saja, pasif “Tooooo, ..” Tante gelisah, goyangnya tak kubalas. Aku sudah selesai! “Eeeeeeeeehh” keluhnya, sepertinya kecewa. Bergerak-gerak tak karuan, menendang, menggeliat, gelisah.. Penisku mulai menurun, di dalam sana. Tante berangsur diam, lalu sama sekali diam, kecewa. Tinggal aku yang bingung. Beberapa menit yang lalu aku mengalami peristiwa yang luar biasa, yang baru kali ini aku melakukan. Baru kali ini pula aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan berhubungan kelamin. Nikmatnya susah digambarkan. Hubungan kelamin antara pria yang mulai menginjak dewasa dengan wanita dewasa muda. Sama-sama diinginkan oleh keduanya. Keduanya yang memulai. Berdua pula yang melanjutkan, keterusan dan…kepuasan. Kepuasan ? Aku memang puas sekali, tapi Tante ? Itulah masalahnya sekarang. Aku menangkap wajah kecewa pada Tante. Perilakunya yang gelisah juga menandakan itu. Aku jadi merasa bersalah. Aku egois. Aku mendapatkan kenikmatan luar biasa sementara aku tak mampu memberi kepuasan kepada “lawan mainku”, Tante Yani. Terlihat tadi, ia ingin terus sementara aku sudah selesai. Aku bingung bagaimana mengatasi kebisuan ini. Aku masih menindih tubuhnya. Penisku masih di dalam. Buah dadanya masih terasa kencang mengganjal dadaku. Pandangannya lurus ke atas melihat plafon. Aku harus ambil inisiatif. Kucium pipinya mesra, penuh perasaan. “Maafkan saya, Tante” Tante menoleh, tersenyum dan balas mencium pipiku. Sementara aku agak lega, Tante tak marah. “Kamu engga perlu minta maaf, To” “Harus Tante, saya tadi nikmat sekali, sebaliknya Tante belum merasakan. Saya engga mampu, Tante. Saya belum pengalaman Tante. Baru kali ini saya melakukan itu” “Betul ? Baru pertama kamu melakukan ?” “Sungguh Tante” “Engga apa-apa, To. Tante bisa mengerti. Kamu bukannya tidak mampu. Hanya karena belum biasa saja. Syukurlah kalau kamu tadi bisa menikmati” “Nikmaaat sekali, Tante” Tante diam lagi, mengelus-elus punggungku. Nyaman sekali aku seperti ini. “To ” panggilnya. “Ya, Tante” “Ini rahasia kita berdua saja ya ? Tante minta kamu jangan katakan hal ini pada siapapun” “Tentu Tante, tadinya sayapun mau bilang begitu” Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Mendadak aku jadi cemas. “Tante ” “Hhmm” “Gimana kalau Tante nanti ..” Aku tak berani meneruskan. “Nanti apa ?” “Akibat perbuatan tadi, lalu Tante ..” “Hamil ?” potongnya. “Ya ” “Engga usah kamu pikirkan. Tante sudah jaga-jaga” “Saya engga mengerti Tante” “To, lain kali saja ya Tante jelasin. Sekarang Tante harus mandi, Oommu kan sebentar lagi datang” Ah, celaka. Sampai lupa waktu. Aku bangkit hendak mencabut. “Pelan-pelan To” katanya sambil menyeringai, lalu matanya terpejam “Eeeeeehhh” desahnya hampir tak terdengar, ketika aku mencabut kelaminku. Kubantu ia mengenakan kutangnya. Buah dada itu belum sempat aku nikmati. Lain kali pasti! “Tante ” aku memanggil ketika ia sudah rapi kembali. Kupeluk ia erat sekali, kubisikkan di dekat kupingnya “Terima kasih, Tante” lalu kucium pipinya. “Ya ” jawabnya singkat. Bersambung ke Cerita Sex – Tante Yani 4 Aku yang sudah lama menjanda ini sudah rindu akan belaian dari seorang laki-laki yang bisa memuaskan aku. Hingga akhirnya aku mendapatkan seorang suami tapi sayangnya suamiku yang sekarang kurang bisa memuaskan aku, selalu saja sebelum aku keluar, suamiku sudah keluar dan langsung lemes dan gak kuat lagi untuk melayaniku. Itu yang membuatku sangat gelisah meski aku tak pernah mengungkapkannya, tapi aku selalu mencari pelampiasan dimana saja supaya aku tidak selalu kepikiran dengan hal itu terus. Bertemulah aku dengan mas Rokki, orangnya hitam kekar, tinggi besar, ditumbuhi brewok di lehernya dan bulu-bulu rambut yang menghiasi dadanya, sungguh sangat bergairah sekali saat aku melihat mas Rokki, ingin sekali aku rasakan disetubuhi mas Rokki yang kekar itu seperti pejantan tangguh yang pasti bisa memuaskan aku diranjang. Cerita Sex Terbaru Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Meski perkerjaannya sebagai tukang ojek di sekitar kampungku, tapi banyak juga ibu-ibu kampong yang suka ngeomongin mas Rokki. Ternyata bukan aku saja yang ingin merasakan disetubuhi mas Rokki, tapi ibu-ibu tetanggaku banyak juga yang ingin disetubuhinya. Entah daya pikat apa yang ia pakai, tapi yang jelas terlihat sangat besar tonjolan penis mas Rokki dari luar celananya. Setiap hari setiap mas Rokki lewat dikampung selalu saja menjadi bahan pembaicaraan ibu-ibu, bahkan ada juga ibu-ibu yang genit juga menggodannya. Dari omongan ibu-ibu kampung ini aku mengetahui kalau mas Rokki ini hobi sekali ngentot, dia siap ngelayanin siapa saja yang memintanya tanpa meminta imbalan. Cerita Sex Tante Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Ibu-ibu kampung bhakan juga sudah pernah merasakan mantapnya disetubuhi oleh mas Rokki, aku mendengar itu birahiku langsung naik, ingin sekali aku merasakan disetubuhi juga sama mas Rokki, sampai sejantan mana mas Rokki bisa memuaskan aku. Setiap hari aku memikirkan hal itu ditambah lagi setiap malam aku tidak pernah mendapatkan kepuasan dari suamiku sendiri. Pikiran itu yang selalu mengganguku. Sampai suatu saat, sore itu aku sedang memasak, aku melihat ada bumbu yang kurang untuk aku memasak, aku langsung menuju ke pasar tempat langgananku dengan terburu-buru takut nanti tutup. Cerita Sex Pejantan Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Seketika aku diserang obsesiku. Sementara Rokki nggenjot sepeda, agar tidak jatuh tanganku berpegangan pada sadel yang tentu saja menyentuh bokongnya. Ada setrum yang langsung menyerang jantungku. Deg, deg, deg. Aku dekatkan wajahku ke punggungnya hingga aku cium bau keringatnya. Cerita Sex Terbaru Pejantan Tangguh “Narik dari jam berapa mas?”, aku buka omongan, “Yaah nggak tentu bu. Hari ini saya mulai keluar jam pagi. Soalnya pagi-pagi tadi tetangga minta bantu pasang kran air. PAM-nya nggak mau keluar”. Wwaaoo.., tiba-tiba ada ide yang melintas! “Apa yang nggak mau keluar ..?”, nada bicaraku agak aku bengkokkan. “Kenapa nggak mau keluar ..?”, untuk lebih memperjelas nada bicaraku yang pertama. Jawabannya nggak begitu aku dengar karena ramainya jalanan. “Ooo.., kirain apaan yangg.. nggakk keluarr..”. Dan tanpa aku sadari sepenuhnya, tanganku menjadi agresif, menepuki paha Rokki. “Kirain barang Mas Rokki yang ini nggak mau keluar”, mulutkupun tak lagi bisa kukendalikan dengan sedikit aku iringi sedikit ha ha hi hi. “Aahh, ibuu, ntarr dilihat orang lhoo”, sepertinya dia menegor aku. Kepalang basah, “Habiiss.., orang-orang pada ngomongin ini ssiihh..”, aku sambung omongan sambil tanganku lebih berani lagi, menepuki bagian bawah perutnya yang naik turun karena kaki-kakinya menggenjot sepeda. Dalam hatiku, kapan lagi kesempatan macam ini datang. “Siapa yang ngomoong buu..??”, dia balik tanya tapi nggak lagi ada tegoran dari mulutnya. Dan tanganku yang sudah berada di bagian depan celananya ini nggak lagi aku tarik. Bahkan aku kemudian mengelusi dan juga memijat-mijat tonjolan celananya itu. Aku tahu persis nggak akan dilihat orang, karena posisi itu adalah biasa bagi setiap orang yang mbonceng sepeda agar tidak terlempar dari boncengannya. “Ibu berani banget nih, n”tar dilihat orang terus nyampai-in ke bapak lho buu”. Aku tidak menanggapi kecuali tanganku yang makin getol meremas-remas dan memijat. Dan aku rasakan dalam celana itu semakin membesar. Penis Rokki ngaceng. Aku geragapan, gemetar, deg-degan campur aduk menjadi satu. “Mas Rokkiiiiii..”, suaraku sesak lirihh. “Bbuu.., aku ngaceng buu..”. Ooohh, obsesiku kesampaian.., dan aku jawab dengan remasan yang lebih keras. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Terus terang, aku belum pernah melakukan macam ini. Menjadi perempuan dengan penuh nafsu birahi menyerang lelaki. Bahkan sebagai istri yang selama ini cinta dan dicintai oleh suaminya. Dan nggak perlu diragukan, bahwa suamiku juga mampu memberi kepuasan seks setiap aku bersebadan dengannya. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Tetapi juga nggak diragukan pula bahwa aku ini termasuk perempuan yang selalu kehausan. Tidak jarang aku melakukan masturbasi sesaat sesudah bersebadan dengan suamiku. Biasanya suamiku langsung tertidur begitu habis bergaul. Pada saat seperti itu birahiku mengajak aku menerawang. Aku bayangkan banyak lelaki. Kadang-kadang terbayang segerombolan kuli pelabuhan dengan badan dan ototnya yang kekar-kekar. Telanjang dada dengan celana pendek menunjukkan kilap keringatnya pada bukit-bukit dadanya. Mereka ini seakan-akan sedang menunggu giliran untuk aku isepin dan kulum Penis-Penisnya. Wwoo, khayalan macam itu mempercepat nafsuku bangkit. “Kang Rokki, aku pengin ditidurin akang lho”, aku bener-bener menjadi pengemis. Pengemis birahi. “Jangan bu, ibu khan banyak dikenalin orang di sini”, jawabnya, yang justru membuat aku makin terbakar. “Kita cari tempat, nanti aku yang bayarin”, kejarku. “Dimana bu, aku nggak pernah tahu”. Iyyaa, tentu saja Rokki nggak pernah mikir untuk nyewa kamar hotel. Klas ekonominya tukang ojek sepeda khan kumuh banget. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Saat nyampai di warung tujuan aku turun dari sepedanya, “Kang Rokki tungguin saya yah”, biar nanti aku kasih tahu kemana mencari tempat yang aman dan nyaman untuk acara bersama ini. “Nih tempatnya yang kang Rokki tanyain tadi, barusan aku pinjem pensil pemilik warung dan aku tulis tuh alamat hotel yang pernah aku nginap bersama suami saat nemenin saudara yang datang dari Surabaya. “Maapin bu, saya nggak bisa baca”, ahh.. aku baru ingat kalau dia buta huruf.., konyol banget nih. “OK kang, gini aja, besok akang tunggu saja aku di halte bis depan sekolah SD Mawar, tahu? Jam 10 pagi, OK?”, dia ngangguk bengong. Walaupun nggak bisa baca rupanya dia tahu apa artinya “OK”. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – “Tt.. tapi bu.., ntar ada yang ngliatin, ntar diaduin ke suami ibu, ntar..”, rupanya dia belum juga mengambil keputusan. Keputusan nekad. Ampuunn.. Aku jadinya nggak sabar. “Udahlah kang, ayyoo, sambil jalan..”, sementara hari udah mulai gelap, lampu jalanan sudah menyala. Pada jam begini orang-orang sibuk, kebanyakan mereka yang baru pulang kerja. Kembali aku duduk di boncengan sepedanya. Dan kembali aku langsung merangkul pinggangnya hingga tanganku mencapai bagian depan celananya. Rupanya Penis Rokki udah ngaceng. Tangankupun langsung meremasi gundukkan di celananya itu. “Bbuu, enaakk..”, dia mendesah berbisik. “Makanya aayyoo kang.., aku juga pengin ini banget..”, jawabku sambbil memijat gundukkan itu. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Beberapa saat kami saling terdiam, saling menikmati apa yang sedang berlangsung. “Buu, bagaimana kalau ketempat lain aja yang gampang bu??”, wwoo.. aku berbingar. Rupanya sambil jalan ini Rokki mikirin tempat. “Dimana?”, tanyaku penuh nafsu, “Di rumah kontrakan temen saya, kebetulan lagi kosong, yang punya rumah lagi mudik, lagian kebonnya lebar, nggak akan ada yang ngliatin, apa lagi gelap begini”. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – “Jadi kang Rokki maunya sekarang ini?”, aku agak terperangah, nggak begitu siap, n”tar suamiku nyariin lagi. “Habis kapan lagi bu? Sekarang atau besok-besok sama saja, lagian besok-besok mungkin di rumah itu udah ramai, pemiliknya udah pulang lagi”. Kalau menyangkut nafsu birahi riupanya Rokki ini nggak begitu bodoh. Cukup lama sebelum akhirnya aku menjawab, “Ayyolahh..”, sepeda ojek langsung berbalik, beberapa kali berbelok-belok masuk gang-gang kumuh. Nampaknya orang-orang ramai sepanjang jalan nggak mau ngurusin urusan orang lain. Mereka nampak tidak acuh saat kami melewatinya. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Kemudian sepeda ini nyeberangin lapangan yang luas dibawah tiang tegangan tinggi sebelum masuk rumah kontrakkan yang diceritakan Rokki tadi. Di depan tanaman pagar yang rapat ada pintu halaman dari anyaman ambu, kami berhenti. Dari dalam ada orang yang bergegas keluar, “Min, ini mpok gua, baru dateng dari Cirebon, numpang istirahat sebentar sebelum nerusin ke Bekasi, rumah mertuanya. Ntar aku nggak pulang mau ngantar ke Bekasi ya?!”, aahh.., lihai banget nih Rokki, ngibulnya bener-bener penuh fantasi.. Aku salaman sama “Min” tadi. Saat bersalaman, salah satu jarinya dia selipkan ke telapak tanganku kemudian mengutiknya. Kurang ajar, batinku, rupanya dia tahu kalau si Rokki sekedar ngibul. Rupanya cara macam ini sudah saling mereka kenali. Rupanya kibulan tadi justru untuk aku. Untuk menyakinkan aku bahwa tempat ini aman untukku. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – “Ayo bu, istrirahat dulu, mandi-mandi dulu, ntar aku ikut ke Bekasi, biar nggak nyasar-nyasar”, uuhh..tukang kibulku.. yang.. sebentar lagi akan aku jilati Penisnya.. Dan memang aku sudah jadi perempuan yang nekad, pokoknya harus bisa merasakan ngentot sama Rokki. Dan sekarang ini kesempatanya. Masa bodo dengan segala kibulan Rokki, masa bodo dengan tangan usil si “Min” tadi. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Nggak tahunya aku dibawa ke loteng. Dengan tangga yang nyaris tegak aku mengikuti Rokki memasuki ruangan yang sempit berlantai papan dengan nampak bolong sana-sini. Dalam ruangan tanpa plafon hingga gentingnya yang rendah itu hampir menyentuh kepala, kulihat tikar tergelar. Dan nampak bantal tipis kusam di ujung sana. Kuletakkan barang bawaanku. Tanpa menunggu ba bi Bu lagi Rokki langsung menerkam aku. Tangannya langsung memerasi bokongku kemudian susu-susuku. Akupun langsung mendesah.. Birahiku bergolak.. Darahku memacu.. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Aku menjadi sangat kehausan.. Tanganku langsung membuka kancing celana Rokki kemudian memerosotkannya. Dalam dekapan dan setengah gelagapan yang disebabkan kuluman bibir Rokki, aku merabai selangkangannya. Penis yang benar-benar gede dan panjang ini kini dalam genggaman tanganku. Aku keras dan liatnya, denyut-denyutnya. Penis yang hanya terbungkus celana dalam tipis hingga hangatnya aku rasakan dari setiap elusan tangan kananku. Kami saling melumat. “Bbuu, aku nafsu bangett bbuu..”, aku dengar bisikan desah Rokki di telingaku. Hhheehh.. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Kemudian tangan Rokki menekan pundakku supaya aku rebah ke tikar yang tersedia. Terus kami bergumul, dia menaiki tubuhku tanpa melepaskan pagutannya. Dan tanganku merangkul erat tubuhnya. Kemudian dia balik hingga tubuhku ganti yang menindih tubuhnya. Aku terus melumatinya. Lidahnya yang menjulur kusedoti. Ludahku di-isep-isep-nya. “Bbbuu, aayyoo ..aku udah nggak tahan nihh..”. Sama. Nafsu liarku juga sudah nggak terbendung. Aku prosotkan sendiri celana dalamku tanpa mencopot roknya. Sementara itu ciuman Rokki telah meruyak ke buah dadaku. Wwwuu.. Aku menggelinjang dengan amat sangat. Bulu-bulu bewok dan kumis yang tercukur rasanya seperti amplas yang menggosoki kulit halus dadaku. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Dalam waktu yang singkat berikutnya kami telah sama-sama telanjang bulat. Rokki menindih tubuhku. Dan aku telah siap menerima penetrasi Penisnya ke vaginaku. Aku telah membuka lebar-lebar selangkanganku menyilahkan Penis gede Rokki itu memulai serangan. Saat ujung kemaluannya menyentuh bibir vaginaku, wwuuhh ..rasanya selangit. Aku langsung mengegoskan pantatku menjemput Penis itu agar langsung menembusi kemaluanku. Sungguh aku menunggu tusukkan batang panas itu agar kegatalan vaginaku terobati. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Agak kasar tapi membuatku sangat nikmat, Rokki mendorong dengan keras Penisnya menerobos lubang kemaluanku yang sempit sekaligus dalam keadaan mencengkeram karena birahiku yang memuncak. Cairan-cairan pelumas yang keluar dari kemaluanku tidak banyak membantu. Rasa pedih perih menyeruak saraf-saraf di dinding vaginaku. Tetapi itu hanya sesaat. Begitu Rokki mulai menaik turunkan pantatnya untuk mendorong dan menarik Penisnya di luang kemaluanku, rasa pedih perih itu langsung berubah menjadi kenikmatan tak bertara. Aku menjerit kecil tetapi desahan bibirku tak bisa kubendung. Aku meracau kenikmatan, “Enak banget Penismu kang Rokkis.. aacchh.. nikmatnyaa.. Penismu Rokkis.. oohh.. teruusszzhh.. teruuzzhh.., uuhh gede bangett yaahh.. kangg.. kangg enakk..” Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Genjotan Rokki semakin kenceng. Bukit bokongnya kulihat naik turun demikian cepat seperti mesin pompa air di kampung. Dan saraf-saraf vaginaku yang semakin mengencang menimbulkan kenikmatan tak terhingga bagiku dan pasti juga bagi si Rokki. Dia menceloteh, “Uuuhh buu, sempit banget nonokmuu ..buu.., sempit bangeett.. bbuu enaakk bangett..”. Dan lebih edan lagi, lantai papan loteng itupun nggak kalah berisiknya. Aku bayangkan pasti si “Min” dibawah sono kelimpungan nggak keruan. Mungkin saja dia langsung ngelocok Penisnya sendiri. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Terus terang aku sangat tersanjung oleh celotehannya itu. Dan itu semangatku melonjak. Pantatku bergoyang keras mengimbangi tusukkan mautnya Penis Rokki. Dan lantai papan ini .. berisiknyaa.. minta ampun! Percepatan frekwensi genjotan Penis dan goyangan pantatku dengan cepat menggiring orgasmeku hingga ke ambang tumpah, “Kang .. kang.. kang..kang.. aku mau keluarrcchh.. keluarrcchh.. aacchh..”, aku histeris. Ternyata demikian pula kang Rokki. Genjotan terakhir yang cepatnya tak terperikan rupanya mendorong berliter-liter air maninya tumpah membanjiri kemaluanku. Keringat kami tak lagi terbendung, ngocor. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Kemudian semuanya jadi lengang. Yang terdengar bunyi nafas ngos-ngosan dari kami. Dari jauh kudengar suara kodok, mungkin dari genangan air comberan di kebon. Aku tersedar. Dirumah pasti suamiku gelisah. “Kang Rokki, aku mesti cepet pulang nih ..”, Dia hanya melenguh “..hheehh..”. Kulihat Penisnya ternyata masih tegak kaku keluar dari rimbunan hitam jembutnya menjulang ke langit. Apa mungkin dia belum puas?? Aku khawatir kemalaman nih. “Ayyoo kang, pulang dulu.., kapan-kapan kita main lagi yaahh ..”. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Rokki bukannya bangun. Dia berbalik miring sambil tangannya memeluk tubuhku mulutnya dia tempelkan ke pipiki dan berbisik, “Buu, aku masih kepingin..”, “Nggak ah.., aku kan takut kemalaman, nanti suamiku nyariin lagi”. “Jangan khawatir bu.. Sebentar saja.. Aku pengin ibu mau ngisepin Penisku. Kalau diisepin cepat koq keluarnya dan aku cepat puas. Lihat aja nih, dianya nggak mau lemes-lemes. Dia nunggu bibir ibu nihh..”. Rokki menunjukkan Penisnya yang gede panjang dalam keadaan ngaceng itu. “Ayyoo dong buu.., kasian khan .., bbuu..?!”. Dia mengakhiri omongannya sambil bangkit, menggeser tubuhnya, berdiri kemudian ngangkangin dadaku lantas jongkok. Posisi Penisnya tepat di wajahku. Bahkan tepat di depan bibirku. “Aayyoo buu, isepin duluu.., ayyoo buu, ciumin, jilat-jilat..”. Aku jadi nggak berkutik. Aku pikir, biarlah, OK-lah, supaya cepat beres dan cepat pulang. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Kuraih Penis itu, kugenggam dan kubawa kemulutku. Aku jilatin kepalanya yang basah oleh spermanya sendiri tadi. Aku rasain lubang kencingnya dengan ujung lidahku. “Aammpuunn.. Enakkbangett..”, Rokki langsung teriak kegatalan. Sambil tanganku mempermainkan bijih pelernya, Penis itu aku enyotin dan jilatin. Rupanya Rokki ingin aku cepat mengulumnya. Dan dia kembali mulai memompa. Kali ini bukan memekku tetapi mulutku yang dia pompa. Pelan-pelan tetapi teratur. Dan aku.., uuhh.. merasakan Penis gede dalam rongga mulutku.., rasa asin, amis, pesing dan asem berbaur yang keluar dari selangkangan, jembutnya, bijih pelernya.., nafsuku kembali hadir. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Dan pompa Rokki mencepat. Aku mesti menahan dengan tanganku agar Penis itu tidak menyodok tenggorokanku yang akan membuatku tersedak. Tidak lama. Tiba-tiba Rokki menarik Penisnya dan tangan kanannya langsung mengocoknya dengan cepat persis didepan muluku. “Ayoo bu, minum pejuhku.. Buu, ayo makan nih Peniskuu.. Ayoo buu..minumm..buu.. Bbbuu..”, kocokkan itu makin cepat. Dan reflekku adalah membuka mulut dan menjulurkan lidahku. Aku memang pengin banget, memang menjadi obsesiku, aku pengin minum sperma si Rokki. Dan sekarang .. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Entah berapa banyak sperma Rokki yang tumpah kali ini. Kurasakan langsung ke mulutku ada sekitar banyak kali muncratan. Dan aku berusaha nggak ada setetespun yang tercecer. Uuuhh.., aku baru merasakan. Gurihnya sperma Rokki mengingatkan aku pada rasa telor ayam kampung yang putih dan kuningnya telah diaduk menjadi satu. Ada gurih, ada asin, ada tawarnya.. dan lendir-lendir itu nikmatnyaa. Saat pulang kuselipkan dalam genggaman lembaran Rp. 50 ribu. Mungkin semacam ongkos bungkam. Dia dengan senang menerimanya. Tak ada lagi jari ngutik-utik telapak tanganku. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Rokki menurunkan aku di belokkan arah rumahku. Aku beri Rokki lembaran Rp. 100 ribu, tetapi dia menolak, “Jangan bu, kita khan sama-sama menikmati.., dan terserah ibu.., kalau ibu mau, kapan saja saya mau juga .. Tetapi saya nggak akan pernah mencari-cari ibu, pemali, n”tar jadi gangguan, nggak enak sama bapaknya khan?!”. Wah.., dia bisa menjaga dirinya dan sekaligus menjaga orang lain. Aku senang. Cerita Sex Rokki Sang Pejantan Tangguh – Sesampai di rumah ternyata suamiku tidak gelisah menunggu istrinya. Kebetulan ada tamunya, tetangga sebelah teman main catur. Aku cepat tanggap, “Udah dibikinin kopi belum pak?!” ..yang terdengar kemudian .. Skak! Tante Yani – 2 Ah, pikiranku terlalu jauh. Ciuman saja dulu. Aku sependapat dengan Dito, kalau pacaran ciuman dan raba-raba saja. Aku jadi ingin pacaran, tapi siapa yang mau pacaran sama aku yang kuper ini ? Ya dicari dong! Si Rika, Ani atau Yuli ? Siapa sajalah, asal mau jadi pacarku, buat ciuman dan diraba-raba. Sepertinya sedap. Dalam perjalanan pulang aku membayangkan bagaimana seandainya aku pacaran sama Rika. Pahanya yang lumayan mulus enak dielus-elus. Tanganku terus ke atas membuka kancing bajunya, lalu menyelusup dan? sopir Bajaj itu memaki-maki membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku berjalan terlalu ke tengah. Di balik kutang Rika hanya ada sedikit tonjolan, tak ada ?pegangan?, kurang enak ah. Tiba-tiba Rika berubah jadi Ani. Melamun itu memang enak, bisa kita atur semau kita. Ketika membuka kancing baju Ani aku mulai tegang. Kususupkan empat jariku ke balik kutang Ani. Nah ini, montok, keras walau tak begitu halus. Telapak tanganku tak cukup buat ?menampung? dada Ani. Aku berhenti, menunggu lampu penyeberangan menyala hijau. Sampai di seberang jalan kusambung khayalanku. Ani telah berubah menjadi Yuli. Anak ini memang manis, apalagi kalau tersenyum, bibirnya indah, setidaknya menurutku. Aku mulai mendekatkan mulutku ke bibir Yuli yang kemudian membuka mulutnya sedikit, persis seperti di film TV kemarin. Kamipun berciuman lama. Kancing baju seragam Yulipun mulai kulepas, dua kancing dari atas saja cukup. Kubayangkan, meski dari luar dada Yuli menonjol biasa, tak kecil dan tak besar, ternyata dadanya besar juga. Kuremas-remas sepuasnya sampai tiba di depan rumah. Aku kembali ke dunia nyata. Masuk melalui pintu garasi seperti biasa, membuka pintu tengah sampai ke ruang keluarga. Juga seperti biasa kalau mendapati Tante sedang membaca majalah sambil rebahan di karpet, atau menyulam, atau sekedar nonton TV di ruang keluarga. Yang tidak biasa adalah, kedua bukit kembar itu. Tante membaca sambil tengkurap menghadap pintu yang sedang kumasuki. Posisi punggungnya tetap tegak dengan bertumpu pada siku tangannya. Mengenakan daster dengan potongan dada rendah, rendah sekali. Inipun tak biasa, atau karena aku jarang memperhatikan bagian atas. Tak ayal lagi, kedua bukit putih itu hampir seluruhnya tampak. Belahannya jelas, sampai urat-urat lembut agak kehijauan di kedua buah dada itu samar-samar nampak. Aku tak melewatkan kesempatan emas ini. Tante melihat sebentar ke arahku, senyum sekejap, terus membaca lagi. Akupun berjalan amat perlahan sambil mataku tak lepas dari pemandangan amat indah ini? Hampir lengkap aku ?mempelajari? tubuh Tanteku ini. Wajah dan ?komponen?nya mata, alis, hidung, pipi, bibir, semuanya indah yang menghasilkan cantik. Walaupun dilihat sekejap, apalagi berlama-lama. Paha dan kaki, panjang, semuanya putih, mulus, berbulu halus. Pinggul, meski baru lihat dari bentuknya saja, tak begitu lebar, proporsional, dengan pantat yang menonjol bulat ke belakang. Pinggang, begitu sempit dan perut yang rata. Ini juga hanya dari luar. Dan yang terakhir buah dada. Hanya puting ke bawah saja yang belum aku lihat langsung. Kalau daerah pinggul, bagian depannya saja yang aku belum bisa membayangkan. Memang aku belum pernah membayangkan, apalagi melihat kelamin wanita dewasa. Aku masih penasaran pada yang satu ini. Keesokkan harinya, siang-siang, Dito memberiku sampul warna coklat agak besar, secara sembunyi-sembunyi. “Nih, buat kamu” “Apa nih ?” “Simpan aja dulu, lihatnya di rumah, Hati-hati” Aku makin penasaran. “Lanjutan pelajaranku kemarin. Gambar-gambar asyik” bisiknya. Sampai di rumah aku berniat langsung masuk kamar untuk memeriksa benda pemberian Dito. Tante lagi membaca di karpet, kali ini terlentang, mengenakan daster dengan kancing di tengah membelah badannya dari atas ke bawah. Kancingnya yang terbawah lepas sebuah yang mengakibatkan sebagian pahanya tampak, putih. “Suguhan” yang nikmat sebenarnya, tapi kunikmati hanya sebentar saja, pikiranku sedang tertuju ke sampul coklat. Dengan tak sabaran kubuka sampul itu, sesudah mengunci pintu kamar, tentunya. Wow, gambar wanita bule telanjang bulat! Sepertinya ini lembaran tengah suatu majalah, sebab gambarnya memenuhi dua halaman penuh. Wanita bule berrambut coklat berbaring terlentang di tempat tidur. Segera saja aku mengeras. Buah dadanya besar bulat, putingnya lagi-lagi menonjol ke atas warna coklat muda. Perutnya halus, dan ini dia, kelaminnya! Sungguh beda jauh dengan apa yang selama ini kuketahui. Aku tak menemukan “segitiga terbalik” itu. Di bawah perut itu ada rambut-rambut halus keriting. Ke bawah lagi, lho apa ini ? Sebelah kaki cewe itu dilipat sehingga lututnya ke atas dan sebelahnya lagi menjuntai di pinggir ranjang memperlihatkan selangkangannya. Inilah rupanya lubang itu. Bentuknya begitu “rumit”. Ada daging berlipat di kanan kirinya, ada tonjolan kecil di ujung atasnya, lubangnya di tengah terbuka sedikit. Mungkin di sinilah tempat masuknya kelamin lelaki. Tapi, mana cukup ? Oo, seperti inilah rupanya wujud kelamin wanita dewasa. Tiba-tiba pikiran nakalku kambuh begini jugakah punya Tante? Pertanyaan yang jelas-jelas tak mungkin mendapatkan jawaban! Bagaimana dengan punya Rika, Ani, atau Yuli? Sama susahnya untuk mendapatkan jawaban. Lupakan saja. Tunggu dulu, barangkali Si Mar pembantu itu bisa memberikan “jawaban”. Orangnya penurut, paling tidak dia selalu patuh pada perintah majikannya, termasuk aku. Bahkan dulu itu tanpa aku minta membantuku beres-beres kamarku, dengan senang pula. Orangnya lincah dan ramah. Tidak terlalu jelek, tapi bersih. Kalau sudah dandan sore hari ngobrol dengan pembantu sebelah, orang tak menyangka kalau ia pembantu. Dulu waktu pertama kali ketemupun aku tak mengira bahwa ia pembantu. Setiap pagi ia menyapu dan mengepel seluruh lantai, termasuk lantai kamarku. Kadang-kadang aku sempat memperhatikan pahanya yang tersingkap sewaktu ngepel, bersih juga. Yang jelas ia periang dan sedikit genit. Tapi masa kusuruh ia membuka celana dalamnya “Coba Mar aku pengin lihat punyamu, sama engga dengan yang di majalah” Gila!. Jangan langsung begitu, pacari saja dulu. Ah, pacaran kok sama pembantu. Apa salahnya? dari pada tidak pacaran sama sekali. Okey, tapi bagaimana ya cara memulainya ? Ah, dasar kuper! Aku jadi lebih memperhatikan Si Mar. Mungkin ia setahun atau dua tahun lebih tua dariku, sekitar 18 lah. Wajahnya biasa-biasa saja, bersih dan selalu cerah, kulit agak kuning, dadanya tak begitu besar, tapi sudah berbentuk. Paha dan kaki bersih. Mulai hari ini aku bertekat untuk mulai menggoda Si Mar, tapi harus hati-hati, jangan sampai ketahuan oleh siapapun. Seperti hari-hari lainnya ia membersihkan kamarku ketika aku sedang sarapan. Pagi ini aku sengaja menunda makan pagiku menunggu Si Mar. Tante masih ada di kamarnya. Si Mar masuk tapi mau keluar lagi ketika melihat aku ada di dalam kamar. “Masuk aja mbak, engga apa-apa” kataku sambil pura-pura sibuk membenahi buku-buku sekolah. Masuklah dia dan mulai bersih-bersih. Tanganku terus sibuk berbenah sementara mataku melihatnya terus. Sepasang pahanya nampak, sudah biasa sih lihat pahanya, tapi kali ini lain. Sebab aku membayangkan apa yang ada di ujung atas paha itu. Aku mengeras. Sekilas tampak belahan dadanya waktu ia membungkuk-bungkuk mengikuti irama ngepel. Tiba-tiba ia melihatku, mungkin merasa aku perhatikan terus. “Kenapa, Mas” Kaget aku. “Ah, engga. Apa mbak engga cape tiap hari ngepel” “Mula-mula sih capek, lama-lama biasa, memang udah kerjaannya” jawabnya cerah. “Udah berapa lama mbak kerja di sini ?” “Udah dari kecil saya di sini, udah 5 tahun” “Betah ?” “Betah dong, Ibu baik sekali, engga pernah marah. Mas dari mana sih asalnya ?”Tanyanya tiba-tiba. Kujelaskan asal-usulku. “Oo, engga jauh dong dari desaku. Saya dari Cilacap” Pekerjaannya selesai. Ketika hendak keluar kamar aku mengucapkan terima kasih. “Tumben.” Katanya sambil tertawa kecil. Ya, tumben biasanya aku tak bilang apa-apa. *** “Mana, yang kemarin ?” Dito meminta gambar cewe itu. “Lho, katanya buat aku” “Jangan dong, itu aku koleksi. Kembaliin dulu entar aku pinjamin yang lain, lebih serem!” “Besok deh, kubawa” Sampai di rumah Si Luki sedang main-main di taman sama pengasuhnya. Sebentar aku ikut bermain dengan anak Oomku itu. Tinah sedikit lebih putih dibanding Si Mar, tapi jangan dibandingkan dengan Tante, jauh. Orangnya pendiam, kurang menarik. Dadanya biasa saja, pinggulnya yang besar. Tapi aku tak menolak seandainya ia mau memperlihatkan miliknya. Pokoknya milik siapa saja deh, Rika, Ani, Yuli, Mar, atau Tinah asal itu kelamin wanita dewasa. Penasaran aku pada “barang” yang satu itu. Apalagi milik Tante, benar-benar suatu karunia kalau aku “berhasil” melihatnya! Di dalam ada Si Mar yang sedang nonton telenovela buatan Brazil itu. Aku kurang suka, walaupun pemainnya cantik-cantik. Ceritanya berbelit. Duduk di karpet sembarangan, lagi-lagi pahanya nampak. Rasanya si Mar ini makin menarik. “Mau makan sekarang, Mas ?” “Entar aja lah” “Nanti bilang, ya. Biar saya siapin” “Tante mana mbak?” “Kan senam” Oh ya, ini hari Rabu, jadwal senamnya. Seminggu Tante senam tiga kali, Senin, Rabu dan Jumat. Ketika aku selesai ganti pakaian, aku ke ruang keluarga, maksudku mau mengamati Si Mar lebih jelas. Tapi Si Mar cepat-cepat ke dapur menyiapkan makan siangku. Biar sajalah, toh masih banyak kesempatan. Kenapa tidak ke dapur saja pura-pura bantu ? Akupun ke dapur. “Masak apa hari ini ?” Aku berbasa-basi. “Ada ayam panggang, oseng-oseng tahu, sayur lodeh, pilih aja” “Aku mau semua” Candaku. Dia tertawa renyah. Lumayan buat kata pembukaan. “Sini aku bantu” “Ah, engga usah” Tapi ia tak melarang ketika aku membantunya. Ih, pantatnya menonjol ke belakang walau pinggulnya tak besar. Aku ngaceng. Kudekati dia. Ingin rasanya meremas pantat itu. Beberapa kali kusengaja menyentuh badannya, seolah-olah tak sengaja. Kan lagi membantu dia. Dapat juga kesempatan tanganku menyentuh pantatnya, kayaknya sih padat, aku tak yakin, cuma nyenggol sih. Mar tak berreaksi. Akhirnya aku tak tahan, kuremas pantatnya. Kaget ia menolehku. “Iih, Mas To genit, ah” katanya, tapi tidak memprotes. “Habis, badanmu bagus sih”. Sekarang aku yakin, pantatnya memang padat. “Ah, biasa saja kok” Akupun berlanjut, kutempelkan badan depanku ke pantatnya. Barangku yang sudah mengeras terasa menghimpit pantatnya yang padat, walaupun terlapisi sekian lembar kain. Aku yakin iapun merasakan kerasnya punyaku. Berlanjut lagi, kedua tanganku kedepan ingin memeluk perutnya. Tapi ditepisnya tanganku. “Ih, nakal. Udah ah, makan dulu sana!” “Iya deh makan dulu, habis makan terus gimana ?” “Yeee!” sahutnya mencibir tapi tak marah. Tangannya berberes lagi setelah tadi berhenti sejenak kuganggu. Walaupun penasaran karena aksiku terpotong, tapi aku mendapat sinyal bahwa Si Mar tak menolak kuganggu. Hanya tingkat mau-nya sampai seberapa jauh, harus kubuktikan dengan aksi-aksi selanjutnya! Kembali aku menunda sarapanku untuk “aksi selanjutnya” yang telah kukhayalkan tadi malam. Ketika ia sedang menyapu di kamarku, kupeluk ia dari belakang. Sapunya jatuh, sejenak ia tak berreaksi. Amboi ..dadanya berisi juga! Jelas aku merasakannya di tanganku, bulat-bulat padat. Kemudian Si Marpun meronta. “Ah, Mas, jangan!” protesnya pelan sambil melirik ke pintu. Aku melepaskannya, khawatir kalau ia berteriak. Sabar dulu, masih banyak kesempatan. “Terima kasih” kataku waktu ia melangkah keluar kamar. Ia hanya mencibir memoncongkan mulutnya lucu. Mukanya tetap cerah, tak marah. Sekarang aku selangkah lebih maju! *** Aku ingat janjiku hari ini untuk mengembalikan foto porno milik Dito. Tapi di mana foto itu ? Jangan-jangan ada yang mengambilnya. Aku yakin betul kemarin aku selipkan di antara buku Fisika dan Stereometri kedua buku itu memang lebar, bisa menutupi. Nah ini dia ada di dalam buku Gambar. Pasti ada seseorang yang memindahkannya. Logikanya, sebelum orang itu memindahkan, tentu ia sempat melihatnya. Tiba-tiba aku cemas. Siapa ya ? Si Mar, Tinah, atau Tante ? Atau lebih buruk lagi, Oom Ton ? Aku jadi memikirkannya. Siapapun orang rumah yang melihat foto itu, membuatku malu sekali! Yang penting, aku harus kembalikan ke Dito sekarang. Siangnya pulang sekolah ketika aku masuk ke ruang keluarga, Si Mar sedang memijit punggung Tante. Tante tengkurap di karpet, Si Mar menaiki pantat Tante. Punggung Tante itu terbuka 100 %, tak ada tali kutang di sana. Putihnya mak..! Si Mar cepat-cepat menutup punggung itu ketika tahu mataku menjelajah ke sana, sambil melihatku dengan senyum penuh arti. Sialan! Si Mar tahu persis kenakalanku. Aku masuk kamar. Hilang kesempatan menikmati punggung putih itu. Tadi pagi aku lupa membawa buku Gambar gara-gara mengurus foto si Dito. Aku berniat mempersiapkan dari sekarang sambil berusaha melupakan punggung putih itu. Sesuatu jatuh bertebaran ke lantai ketika aku mengambil buku Gambar. Seketika dadaku berdebar kencang setelah tahu apa yang jatuh tadi. Lepasan dari majalah asing. Di tiap pojok bawahnya tertulis “Hustler” edisi tahun lalu. Satu serial foto sepasang bule yang sedang berhubungan kelamin! Ada tiga gambar, gambar pertama Si Cewe terlentang di ranjang membuka kakinya sementara Si Cowo berdiri di atas lututnya memegang alatnya yang tegang besar mirip punyaku kalau lagi tegang cuma beda warna, punyaku gelap menempelkan kepala penisnya ke kelamin Cewenya. Menurutku, dia menempelnya kok agak ke bawah, di bawah “segitiga terbalik” yang penuh ditumbuhi rambut halus pirang. Gambar kedua, posisi Si Cewe masih sama hanya kedua tangannya memegang bahu si Cowo yang kini condong ke depan. Nampak jelas separoh batangnya kini terbenam di selangkangan Si Cewe. Lho, kok di situ masuknya ? Kuperhatikan lebih saksama. Kayaknya dia “masuk” dengan benar, karena di samping jalan masuk tadi ada “yang berlipat-lipat”, persis gambar milik Dito kemarin. Menurut bayanganku selama ini, “seharusnya” masuknya penis agak lebih ke atas. Baru tahu aku, khayalanku selama ini ternyata salah! Gambar ketiga, kedua kaki Si Cewe diangkat mengikat punggung Si Cowo. Badan mereka lengket berimpit dan tentu saja alat Si Cowo sudah seluruhnya tenggelam di “tempat yang layak” kecuali sepasang “telornya” saja menunggu di luar. Mulut lelaki itu menggigit leher wanitanya, sementara telapak tangannya menekan buah dada, ibujari dan telunjuk menjepit putting susunya. Gemetaran aku mengamati gambar-gambar ini bergantian. Tanpa sadar aku membuka resleting celanaku mengeluarkan milikku yang dari tadi telah tegang. Kubayangkan punyaku ini separoh tenggelam di tempat si Mar persis gambar kedua. Kenyataanya memang sekarang sudah separoh terbenam, tapi di dalam tangan kiriku. Akupun meniru gambar ketiga, tenggelam seluruhnya, gambar kedua, setengah, ketiga, seluruhnya..geli-geli nikmat… terus kugosok… makin geli.. gosok lagi.. semakin geli… dan.. aku terbang di awan.. aku melepas sesuatu… hah.. cairan itu menyebar ke sprei bahkan sampai bantal, putih, kental, lengket-lengket. Enak, sedap seperti waktu mimpi basah. Sadar aku sekarang ada di kasur lagi, beberapa detik yang lalu aku masih melayang-layang. He! Kenapa aku ini? Apa yang kulakukan ? Aku panik. Berbenah. Lap sini lap sana. Kacau! Kurapikan lagi celanaku, sementara si Dia masih tegang dan berdenyut, masih ada yang menetes. Aku menyesal, ada rasa bersalah, rasa berdosa atas apa yang baru saja kulakukan. Aku tercenung. Gambar-gambar sialan itu yang menyebabkan aku begini. Masturbasi. Istilah aneh itu baru aku ketahui dari temanku beberapa hari sesudahnya. Si Dito menyebutnya ngeloco’. Aneh. Ada sesuatu yang lain kurasakan, keteganganku lenyap. Pikiran jadi cerah meski badan agak lemas.. *** Sehari itu aku jadi tak bersemangat, ingat perbuatanku siang tadi. Rasanya aku telah berbuat dosa. Aku menyalahkan diriku sendiri. Bukan salahku seluruhnya, aku coba membela diri. Gambar-gambar itu juga punya dosa. Tepatnya, pemilik gambar itu. Eh, siapa yang punya ya ? Tahu-tahu ada di balik buku-bukuku. Siapa yang menaruh di situ ? Ah, peduli amat. Akan kumusnahkan. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, tidak akan masturbasi lagi. Perasaan seperti ini masih terbawa sampai keesokkan harinya lagi. Sehingga kulewatkan kesempatan untuk meraba dada Mar seperti kemarin. Ia telah memberi lampu hijau untuk aku “tindaklanjuti”. Tapi aku lagi tak bersemangat. Masih ada rasa bersalah. Hari berikutnya aku “harus” tegang lagi. Bukan karena Si Mar yang menurutku bersedia dijamah tubuhnya. Tapi lagi-lagi karena Si Putih molek itu, Tante Yani. Siang itu aku pulang agak awal, pelajaran terakhir bebas. Sebentar aku melayani Luki melempar-lempar bola di halaman, lalu masuk lewat garasi, seperti biasa. Hampir pingsan aku ketika membuka pintu menuju ruang keluarga. Tante berbaring terlentang, mukanya tertutupi majalah “Femina”, terdengar dengkur sangat halus dan teratur. Rupanya ketiduran sehabis membaca. Mengenakan baju-mandi seperti dulu tapi ini warna pink muda, rambut masih terbebat handuk. Agaknya habis keramas, membaca terus ketiduran. Model baju mandinya seperti yang warna putih itu, belah di depan dan hanya satu pengikat di pinggang. Jelas ia tak memakai kutang, kelihatan dari bentuk buah dadanya yang menjulang dan bulat, serta belahan dadanya seluruhnya terlihat sampai ke bulatan bawah buah itu. Sepasang buah bulat itu naik-turun mengikuti irama dengkurannya. Berikut inilah yang membuatku hampir pingsan. Kaki kirinya tertekuk, lututnya ke atas, sehingga belahan bawah baju-mandi itu terbuang ke samping, memberiku “pelajaran” baru tentang tubuh wanita, khususnya milik Tante. Tak ada celana dalam di sana. Tanteku ternyata punya bulu lebat. Tumbuh menyelimuti hampir seluruh “segitiga terbalik”. Berwarna hitam legam, halus dan mengkilat, tebal di tengah menipis di pinggir-pinggirnya. “Arah” tumbuhnya seolah diatur, dari tengah ke arah pinggir sedikit ke bawah kanan dan kiri. Berbeda dengan yang di gambar, rambut Tante yang di sini lurus, tak keriting. Wow, sungguh “karya seni” yang indah sekali! Kelaminku tegang luar biasa. Aku lihat sekeliling. Si Tinah sedang bermain dengan anak asuhnya di halaman depan. Si Mar di belakang, mungkin sedang menyetrika. Kalau Tante sedang di ruang ini, biasanya Si Mar tidak kesini, kecuali kalau diminta Tante memijit. Aman! Dengan wajah tertutup majalah aku jadi bebas meneliti kewanitaan Tante, kecuali kalau ia tiba-tiba terbangun. Tapi aku kan waspada. Hampir tak bersuara kudekati milik Tante. Kini giliran bagian bawah rambut indah itu yang kecermati. Ada “daging berlipat”, ada benjolan kecil warna pink, tampaknya lebih menonjol dibanding milik bule itu. Dan di bawah benjolan itu ada “pintu”. Pintu itu demikian kecil, cukupkah punyaku masuk ke dalamnya ? Punyaku ? Enak saja! Memangnya lubang itu milikmu ? Bisa saja sekarang aku melepas celanaku, mengarahkan ujungnya ke situ, persis gambar pertama, mendorong, seperti gambar kedua, dan …Tiba-tiba Tante menggerakkan tangannya. Terbang semangatku. Kalau ada cermin di situ pasti aku bisa melihat wajahku yang pucat pasi. Dengkuran halus terdengar kembali. Untung., nyenyak benar tidurnya. Bagian atas baju-mandinya menjadi lebih terbuka karena gerakan tangannya tadi. Meski perasaanku tak karuan, tegang, berdebar, nafas sesak, tapi pikiranku masih waras untuk tidak membuka resleting celanaku. Bisa berantakan masa depanku. Aku “mencatat” beberapa perbedaan antara milik Tante dengan milik bule yang di majalah itu. Rambut, milik Tante hitam lurus, milik bule coklat keriting. Benjolan kecil, milik Tante lebih “panjang”, warna sama-sama pink. Pintu, milik Tante lebih kecil. Lengkaplah sudah aku mempelajari tubuh wanita. Utuhlah sudah aku mengamati seluruh tubuh Tante. Seluruhnya ? Ternyata tidak, yang belum pernah aku lihat sama sekali puting susunya. Kenapa tidak sekarang ? Kesempatan terbuka di depan mata, lho! Mataku beralih ke atas, ke bukit yang bergerak naik-turun teratur. Dada kanannya makin lebar terbuka, ada garis tipis warna coklat muda di ujung kain. Itu adalah lingkaran kecil di tengah buah, hanya pinggirnya saja yang tampak. Aku merendahkan kepalaku mengintip, tetap saja putingnya tak kelihatan. Ya, hanya dengan sedikit menggeser tepi baju mandi itu ke samping, lengkaplah sudah “kurikulum” pelajaran anatomi tubuh Tante. Dengan amat sangat hati-hati tanganku menjangkau tepi kain itu. Mendadak aku ragu. Kalau Tante terbangun bagaimana ? Kuurungkan niatku. Tapi pelajaran tak selesai dong! Ayo, jangan bimbang, toh dia sedang tidur nyenyak. Ya, dengkurannya yang teratur menandakan ia tidur nyenyak. Kembali kuangkat tanganku. Kuusahakan jangan sampai kulitnya tersentuh. Kuangkat pelan tepi kain itu, dan sedikit demi sedikit kugeser ke samping. Macet, ada yang nyangkut rupanya. Angkat sedikit lagi, geser lagi. Kutunggu reaksinya. Masih mendengkur. Aman. Terbukalah sudah.. Puting itu berwarna merah jambu bersih. Berdiri tegak menjulang, bak mercusuar mini. Amboi . indahnya buah dada ini. Tak tahan aku ingin meremasnya. Jangan, bahaya. Aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Bukan saja khawatir Tante terbangun, tapi takut aku tak mampu menahan diri, menubruk tubuh indah tergolek hampir telanjang bulat ini. *** Aku jadi tak tenang. Berulang kali terbayang rambut-rambut halus kelamin dan puting merah jambu milik Tante itu. Apalagi menjelang tidur. Tanpa sadar aku mengusap-usap milikku yang tegang terus ini. Tapi aku segera ingat janjiku untuk tidak masturbasi lagi. Mendingan praktek langsung. Tapi dengan siapa ? Hari ini aku pulang cepat. Masih ada dua mata pelajaran sebetulnya, aku membolos, sekali-kali. Toh banyak juga kawanku yang begitu. Percuma di kelas aku tak bisa berkonsentrasi. Di garasi aku ketemu Tante yang siap-siap mau pergi senam. Dibalut baju senam yang ketat ini Tante jadi istimewa. Tubuhnya memang luar biasa. Dadanya membusung tegak ke depan, bagian pinggang menyempit ramping, ke bawah lagi melebar dengan pantat menonjol bulat ke belakang, ke bawah menyempit lagi. Sepasang paha yang nyaris bulat seperti batang pohon pinang, sepasang kaki yang panjang ramping. Walaupun tertutup rapat aku ngaceng juga. Lagi-lagi aku terrangsang. Diam-diam aku bangga, sebab di balik pakaian senam itu aku pernah melihatnya, hampir seluruhnya! Justru bagian tubuh yang penting-penting sudah seluruhnya kulihat tanpa ia tahu! Salah sendiri, teledor sih. Ah, salahku juga, buktinya kemarin aku menyingkap putingnya. “Lho, kok udah pulang, To” sapanya ramah. Ah bibir itu juga menggoda. “Iya Tante, ada pelajaran bebas” jawabku berbohong. Kubukakan pintu mobilnya. Sekilas terlihat belahan dadanya ketika ia memasuki mobil. Uih, dadanya serasa mau “meledak” karena ketatnya baju itu. “Terima kasih” katanya. “Tante pergi dulu ya”. Mobilnya hilang dari pandanganku. Bersambung ke Cerita Sex – Tante Yani 3 Tante Yani – 1 Jakarta! Ya, akhirnya jadi juga aku ke Jakarta. Kota impian semua orang, paling tidak bagi orang sedesaku di Gumelar, Kabupaten Banyumas, 23 Km ke arah utara Purwokerto, Jawa Tengah. Aku memang orang desa. Badanku tidak menggambarkan usiaku yang baru menginjak 16 tahun, bongsor berotot dengan kulit sawo gelap. Baru saja aku menamatkan ST Sekolah Teknik Negeri Baturaden, sekitar 5 Km dari Desa Gumelar, atau 17 Km utara Purwokerto. Kegiatanku sehari-hari selama ini kalau tidak sekolah, membantu Bapak dan Emak berkebun. Itulah sebabnya badanku jadi kekar dan kulit gelap. Kebunku memang tak begitu luas, tapi cukup untuk menopang kehidupan keluarga kami sehari-hari yang hanya 5 orang. Aku punya 2 orang adik laki-laki semua, 12 dan 10 tahun. Boleh dikatakan aku ini orangnya ?kuper?. Anak dari desa kecil yang terdiri dari hanya belasan rumah yang terletak di kaki Gunung Slamet. Jarak antar rumahpun berjauhan karena diselingi kebun-kebun, aku jadi jarang bertemu orang. Situasi semacam ini mempengaruhi kehidupanku kelak. Rendah diri, pendiam dan tak pandai bergaul, apalagi dengan wanita. Pengetahuanku tentang wanita hampir dapat dikatakan nol, karena lingkungan bergaulku hanya seputar rumah, kebun, dan sekolah teknik yang muridnya 100% lelaki. Pembaca yang budiman, kisah yang akan Anda baca ini adalah pengalaman nyata kehidupanku sekitar 9 sampai 6 tahun lalu. Pengalaman nyata ini aku ceritakan semuanya kepada Mas Joko, kakak kelasku, satu-satunya orang yang aku percayai yang hobinya memang menulis. Dia sering menulis untuk majalah dinding, buletin sekolah, koran dan majalah lokal yang hanya beredar di seputar Purwokerto. Mas Joko kemudian meminta izinku untuk menulis kisah hidupku ini yang katanya unik dan katanya akan dipasang di internet. Aku memberinya izin asalkan nama asliku tidak disebutkan. Jadi panggil saja aku Tarto, nama samaran tentu saja. Aku ke Jakarta atas seizin orang tuaku, bahkan merekalah yang mendorongnya. Pada mulanya aku sebenarnya enggan meninggalkan keluargaku, tapi ayahku menginginkan aku untuk melanjutkan sekolah ke STM. Aku lebih suka kerja saja di Purwokerto. Aku menerima usulan ayahku asalkan sekolah di SMA sekarang SMU dan tidak di kampung. Dia memberi alamat adik misannya yang telah sukses dan tinggal di bilangan Tebet, Jakarta. Ayahku sangat jarang berhubungan dengan adik misannya itu. Paling hanya beberapa kali melalui surat, karena telepon belum masuk ke desaku. Kabar terakhir yang aku dengar dari ayahku, adik misannya itu, sebut saja Oom Ton, punya usaha sendiri dan sukses, sudah berkeluarga dengan satu anak lelaki umur 4 tahun dan berkecukupan. Rumahnya lumayan besar. Jadi, dengan berbekal alamat, dua pasang pakaian, dan uang sekedarnya, aku berangkat ke Jakarta. Satu-satunya petunjuk yang aku punyai naik KA pagi dari Purwokerto dan turun di stasiun Manggarai. Tebet tak jauh dari stasiun ini. Stasiun Manggarai, pukul siang aku dicekam kebingungan. Begitu banyak manusia dan kendaraan berlalu lalang, sangat jauh berbeda dengan suasana desaku yang sepi dan hening. Singkat cerita, setelah ?berjuang? hampir 3 jam, tanya ke sana kemari, dua kali naik mikrolet sekali salah naik, sekali naik ojek yang mahalnya bukan main, sampailah aku pada sebuah rumah besar dengan taman yang asri yang cocok dengan alamat yang kubawa. Berdebar-debar aku masuki pintu pagar yang sedikit terbuka, ketok pintu dan menunggu. Seorang wanita muda, berkulit bersih, dan .. ya ampun, menurutku cantik sekali mungkin di desaku tidak ada wanita cantik, berdiri di depanku memandang dengan sedikit curiga. Setelah aku jelaskan asal-usulku, wajahnya berubah cerah. ?Tarto, ya ? Ayo masuk, masuk. Kenalkan, saya Tantemu.? Dengan gugup aku menyambut tangannya yang terjulur. Tangan itu halus sekali. ?Tadinya Oom Ton mau jemput ke Manggarai, tapi ada acara mendadak. Tante engga sangka kamu sudah sebesar ini. Naik apa tadi, nyasar, ya ?? Cecarnya dengan ramah. ?Maaar, bikin minuman!? teriaknya kemudian. Tak berapa lama datang seorang wanita muda meletakkan minuman ke meja dengan penuh hormat. Wanita ini ternyata pembantu, aku kira keponakan atau anggota keluarga lainnya, sebab terlalu ?trendy? gaya pakaiannya untuk seorang pembantu. Sungguh aku tak menduga sambutan yang begitu ramah. Menurut cerita yang aku dengar, orang Jakarta terkenal individualis, tidak ramah dengan orang asing, antar tetangga tak saling kenal. Tapi wanita tadi, isteri Oomku, Tante Yani namanya ?Panggil saja Tante,? katanya akrab ramah, cantik lagi. Tentu karena aku sudah dikenalkannya oleh Oom Ton. Aku diberi kamar sendiri, walaupun agak di belakang tapi masih di rumah utama, dekat dengan ruang keluarga. Kamarku ada AC-nya, memang seluruh ruang yang ada di rumah utama ber-AC. Ini suatu kemewahan bagiku. Dipanku ada kasur yang empuk dan selimut tebal. Walaupun AC-nya cukup dingin, rasanya aku tak memerlukan selimut tebal itu. Mungkin aku cukup menggunakan sprei putih tipis yang di lemari itu untuk selimut. Rumah di desaku cukup dingin karena letaknya di kaki gunung, aku tak pernah pakai selimut, tidur di dipan kayu hanya beralas tikar. Aku diberi ?kewenangan? untuk mengatur kamarku sendiri. Aku masih merasa canggung berada di rumah mewah ini. Petang itu aku tak tahu apa yang musti kukerjakan. Selesai beres-beres kamar, aku hanya bengong saja di kamar. ?Too, sini, jangan ngumpet aja di kamar,? Tante memanggilku. Aku ke ruang keluarga. Tante sedang duduk di sofa nonton TV. Sudah lapar, To ?? ?Belum Tante.? Sore tadi aku makan kue-kue yang disediakan Si Mar. ?Kita nunggu Oom Ton ya, nanti kita makan malam bersama-sama.? Oom Ton pulang kantor sekitar jam 19 lewat. ?Selamat malam, Oom,? sapaku. ?Eh, Ini Tarto ? Udah gede kamu.? ?Iya Oom.? ?Gimana kabarnya Mas Kardi dan Yu Siti,? Oom menanyakan ayah dan ibuku. ?Baik-baik saja Oom.? Di meja makan Oom banyak bercerita tentang rencana sekolahku di Jakarta. Aku akan didaftarkan ke SMA Negeri yang dekat rumah. Aku juga diminta untuk menjaga rumah sebab Oom kadang-kadang harus ke Bandung atau Surabaya mengurusi bisnisnya. ?Iya, saya kadang-kadang takut juga engga ada laki-laki di rumah,? timpal Tante. ?Berapa umurmu sekarang, To ?? ?Dua bulan lagi saya 16 tahun, Oom.? ?Badanmu engga sesuai umurmu.? *** Hari-hari baruku dimulai. Aku diterima di SMA Negeri 26 Tebet, tak jauh dari rumah Oom dan Tanteku. Ke sekolah cukup berjalan kaki. Aku memang belum sepenuhnya dapat melepas kecanggunganku. Bayangkan, orang udik yang kuper tamatan ST setingkat SLTP sekarang sekolah di SMA metropolitan. Kawan sekolah yang biasanya lelaki melulu, kini banyak teman wanita, dan beberapa diantaranya cantik-cantik. Cantik ? Ya, sejak aku di Jakarta ini jadi tahu mana wanita yang dianggap cantik, tentunya menurut ukuranku. Dan tanteku, Tante Yani, isteri Oom Ton menurutku paling cantik, dibandingkan dengan kawan-kawan sekolahku, dibanding dengan tante sebelah kiri rumah, atau gadis mahasiswi ? tiga rumah ke kanan. Cepat-cepat kuusir bayangan wajah tanteku yang tiba-tiba muncul. Tak baik membayangkan wajah tante sendiri. Pada umumnya teman-teman sekolahku baik, walaupun kadang-kadang mereka memanggilku ?Jawa?, atau meledek cara bicaraku yang mereka sebut ?medok?. Tak apalah, tapi saya minta mereka panggil saja Tarto. Alasanku, kalau memanggil ?Jawa?, toh orang Jawa di sekolah itu bukan hanya aku. Mereka akhirnya mau menerima usulanku. Terus terang aku di kelas menjadi cepat populer, bukan karena aku pandai bergaul. Dibandingkan teman satu kelas tubuhku paling tinggi dan paling besar. Bukan sombong, aku juga termasuk murid yang pintar. Aku memang serius kalau belajar, kegemaranku membaca menunjang pengetahuanku. Kegemaranku membaca inilah yang mendorongku bongkar-bongkar isi rak buku di kamarku di suatu siang pulang sekolah. Rak buku ini milik Oom Ton. Nah, di antara tumpukan buku, aku menemukan selembar majalah bergambar, namanya Popular. Rupanya penemuan majalah inilah merupakan titik awalku belajar mandiri tentang wanita. Tidak sendiri sebetulnya, sebab ada ?guru? yang diam-diam membimbingku. Kelak di kemudian hari aku baru tahu tentang ?guru? itu. Majalah itu banyak memuat gambar-gambar wanita yang bagus, maksudnya bagus kualitas fotonya dan modelnya. Dengan berdebar-debar satu-persatu kutelusuri halaman demi halaman. Ini memang majalah hiburan khusus pria. Semua model yang nampang di majalah itu pakaiannya terbuka dan seronok. Ada yang pakai rok demikian pendeknya sehingga hampir seluruh pahanya terlihat, dan mulus. Ada yang pakai blus rendah dan membungkuk memperlihatkan bagian belahan buah dada. Dan, ini yang membuat jantungku keras berdegup memakai T-shirt yang basah karena disiram, sementara dalamnya tidak ada apa-apa lagi. Samar-samar bentuk sepasang buah kembar kelihatan. Oh, begini tho bentuk tubuh wanita. Dasarnya aku sangat jarang ketemu wanita. Kalau ketemu-pun wanita desa atau embok-embok, dan yang aku lihat hanya bagian wajah. Bagaimana aku tidak deg-deg-an baru pertama kali melihat gambar tubuh wanita, walaupun hanya gambar paha dan sebagian atas dada. Sejak ketemu majalah Popular itu aku jadi lain jika memandang wanita teman kelasku. Tidak hanya wajahnya yang kulihat, tapi kaki, paha dan dadanya ?kuteliti?. Si Rika yang selama ini aku nilai wajahnya lumayan dan putih, kalau ia duduk menyilangkan kakinya ternyata memiliki paha mulus agak mirip foto di majalah itu. Memang hanya sebagian paha bawah saja yang kelihatan, tapi cukup membuatku tegang. Ya tegang. ?Adikku? jadi keras! Sebetulnya penisku menjadi tegang itu sudah biasa setiap pagi. Tapi ini tegang karena melihat paha mulus Rika adalah pengalaman baru bagiku. Sayangnya dada Rika tipis-tipis saja. Yang dadanya besar si Ani, demikian menonjol ke depan. Memang ia sedikit agak gemuk. Aku sering mencuri pandang ke belahan kemejanya. Dari samping terkadang terbuka sedikit memperlihatkan bagian dadanya di sebelah kutang. Walau terlihat sedikit cukup membuatku ?ngaceng?. Sayangnya, kaki Ani tak begitu bagus, agak besar. Aku lalu membayangkan bagaimana bentuk dada Ani seutuhnya, ah ngaceng lagi! Atau si Yuli. Badannya biasa-biasa saja, paha dan kaki lumayan berbentuk, dadanya menonjol wajar, tapi aku senang melihat wajahnya yang manis, apalagi senyumnya. Satu lagi, kalau ia bercerita, tangannya ikut ?sibuk?. Maksudku kadang mencubit, menepuk, memukul, dan, ini dia, semua roknya berpotongan agak pendek. Ah, aku sekarang punya ?wawasan? lain kalau memandang teman-teman cewe. Ah! Tante Yani! Ya, kenapa selama ini aku belum ?melihat dengan cara lain?? Mungkin karena ia isteri Oomku, orang yang aku hormati, yang membiayai hidupku, sekolahku. Mana berani aku ?menggodanya? meskipun hanya dari cara memandang. Sampai detik ini aku melihat Tante Yani sebagai wajahnya putih bersih dan cantik. Tapi dasar setan selalu menggoda manusia, bagaimana tubuhnya ? Ah, aku jadi pengin cepat-cepat pulang sekolah untuk ?meneliti? Tanteku. Jangan ah, aku menghormati Tanteku. Aduh! Kenapa begini ? Apanya yang begini ? Tante Yani! Seperti biasa, kalau pulang aku masuk dari pintu pagar langsung ke garasi, lalu masuk dari pintu samping rumah ke ruang keluarga di tengah-tengah rumah. Melewati ruang keluarga, sedikit ke belakang sampai ke kamarku. Isi ruang keluarga ini dapat kugambarkan di tengahnya terhampar karpet tebal yang empuk yang biasa digunakan tante untuk membaca sambil rebahan, atau sedang dipijit Si Mar kalau habis senam. Agak di belakang ada satu set sofa dan pesawat TV di seberangnya. Sewaktu melewati ruang keluarga, aku menjumpai Tante Yani duduk di kursi dekat TV menyilang kaki sedang menyulam, berpakaian model kimono. Duduknya persis si Rika tadi pagi, cuma kaki Tante jauh lebih indah dari Rika. Putih, bersih, panjang, di betis bawahnya dihiasi bulu-bulu halus ke atas sampai paha. Ya, paha, dengan cara duduk menyilang, tanpa disadari Tante belahan kimononya tersingkap hingga ke bagian paha agak atas. Tanpa sengaja pula aku jadi tahu bahwa tante memiliki paha selain putih bersih juga berbulu lembut. Sejenak aku terpana, dan lagi-lagi tegang. Untung aku cepat sadar dan untung lagi Tante begitu asyik menyulam sehingga tidak melihat ulah keponakannya yang dengan kurang ajar ?memeriksa? pahanya. Ah, kacau. Sebenarnya tidak sekali ini aku melihat Tante memakai kimono. Kenapa aku tadi terangsang mungkin karena ?penghayatan? yang lain, gara-gara majalah itu. Selesai makan ada dorongan aku ingin ke ruang tengah, meneruskan ?penelitianku? tadi. Aku ada alasan lain tentu saja, nonton TV swasta, hal baru bagiku. Mungkin aku mulai kurang ajar mengambil posisi duduk di sofa nonton TV tepat di depan Tante, searah-pandang kalau mengamati pahanya! ?Gimana sekolahmu tadi To ?? tanya Tante tiba-tiba yang sempat membuatku kaget sebab sedang memperhatikan bulu-bulu kakinya. ?Biasa-biasa saja Tante.? ?Biasa gimana ? Ada kesulitan engga ?? ?Engga Tante.? ?Udah banyak dapat kawan ?? ?Banyak, kawan sekelas.? ?Kalau kamu pengin main lihat-lihat kota, silakan aja.? Terima kasih, Tante. Saya belum hafal angkutannya.? ?Harus dicoba, yah nyasar-nyasar dikit engga apa-apa, toh kamu tahu jalan pulang.? ?Iya Tante, mungkin hari Minggu saya akan coba.? ?Kalau perlu apa-apa, uang jajan misalnya atau perlu beli apa, ngomong aja sama Tante, engga usah malu-malu.? Gimana kurang baiknya Tanteku ini, keponakannya saja yang nakal. Nakal ? Ah ?kan cuma dalam pikiran saja, lagi pula hanya ?meneliti? kaki yang tanpa sengaja terlihat, apa salahnya. ?Terima kasih Tante, uang yang kemarin masih ada kok.? ?Emang kamu engga jajan di sekolah ?? Berdesir darahku. Sambil mengucapkan ?jajan? tadi Tante mengubah posisi kakinya sehingga sekejap, tak sampai sedetik, sempat terlihat warna merah jambu celana dalamnya! Aku berusaha keras menenangkan diri. ?Jajan juga sih, hanya minuman dan makanan kecil.? Akupun ikut-ikutan mengubah posisi, ada sesuatu yang mengganjal di dalam celanaku. Untung Tante tidak memperhatikan perubahan wajahku. Sepanjang siang ini aku bukannya nonton TV. Mataku lebih sering ke arah Tante, terutama bagian bawahnya! Hari-hari berikutnya tak ada kejadian istimewa. Rutin saja, sekolah, makan siang, nonton TV, sesekali melirik kaki Tante. Oom Ton pulang kantor selalu malam hari. Saat ketemu Oomku hanya pada makan malam, bertiga. Si Luki, anak lelakinya 4 tahun biasanya sudah tidur. Kalau Luki sudah tidur, Tinah, pengasuhnya pamitan pulang. Pada acara makan malam ini, sebetulnya aku punya kesempatan untuk menikmati? cuma dengan mata paha mulus berbulu Tante, sebab malam ini ia memakai rok pendek, biasanya memakai daster. Tapi mana berani aku menatap pemandangan indah ini di depan Oom. Betapa bahagianya mereka menurut pandanganku. Oom tamat sekolahnya, punya usaha sendiri yang sukses, punya isteri yang cantik, putih, mulus. Anak hanya satu. Punya sopir, seorang pembantu, Si Mar dan seorang baby sitter Si Tinah. Sopir dan baby sitter tidak menginap, hanya pembantu yang punya kamar di belakang. Praktis Tante Yani banyak waktu luang. Anak ada yang mengasuh, pekerjaan rumah tangga beres ditangan pembantu. Oh ya, ada seorang lagi, pengurus taman biasa di panggil Mang Karna, sudah agak tua yang datang sewaktu-waktu, tidak tiap hari. Keesokkan harinya ada kejadian penting? yang perlu kuceritakan. Pagi-pagi ketika aku sedang menyusun buku-buku yang akan kubawa ke sekolah, ada beberapa lembar halaman yang mungkin lepasan atau sobekan dari majalah luar negeri terselip di antara buku-buku pelajaranku. Aku belum sempat mengamati lembaran itu, karena buru-buru mau berangkat takut telat. Di sekolah pikiranku sempat terganggu ingat sobekan majalah berbahasa Inggris itu, milik siapa ? Tadi pagi sekilas kulihat ada gambarnya wanita hanya memakai celana jean tak berbaju. Inilah yang mengganggu pikiranku. Sempat kubayangkan, bagaimana kalau Ani hanya memakai jean. Kaki dan pahanya yang kurang bagus tertutup, sementara bulatan dadanya yang besar terlihat jelas. Ah.. nakal kamu To! Pulang sekolah tidak seperti biasa aku tidak langsung ke meja makan, tapi ngumpet di kamarku. Pintu kamar kukunci dan mulai mengamati sobekan majalah itu. Ada 4 lembar, kebanyakan tulisan yang tentu saja tidak kubaca. Aku belum paham Bahasa Inggris. Di setiap pojok bawah lembaran itu tertulis Penthouse. Langsung saja ke gambar. Gemetaran aku dibuatnya. Wanita bule, berpose membusungkan dadanya yang besar, putih, mulus, dan terbuka seluruhnya! Paha dan kakinya meskipun tertutup jean ketat, tapi punya bentuk yang indah, panjang, persis kaki milik Tante. Hah, kenapa aku jadi membandingkan dengan tubuh Tante ? Peduli amat, tapi itulah yang terbayang. Kenapa aku sebut kejadian penting, karena baru sekaranglah aku tahu bentuk utuh sepasang buah dada, meskipun hanya dari foto. Bulat, di tengah ada bulatan kecil warna coklat, dan di tengah-tengah bulatan ada ujungnya yang menonjol keluar. Segera saja tubuhku berreaksi, penisku tegang, dada berdebar-debar. Halaman berikutnya membuatku lemas, mungkin belum makan. Masih wanita bule yang tadi tapi sekarang di close-up. Buah dadanya makin jelas, sampai ke pori-porinya. Ini kesempatanku untuk ?mempelajari? anatomi buah kembar itu. Dari atas kulit itu bergerak naik, sampai puting yang merupakan puncaknya, kemudian turun lagi ?membulat?. Ya, beginilah bentuk buah dada wanita. Putingnya, apakah selalu menonjol keluar seperti menunjuk ke depan ? Jawabannya baru tahu kelak kemudian hari ketika aku ?praktek?. Tiba-tiba terlintas pikiran nakal, Tante Yani! Bagaimana ya bentuk buah dada Tanteku itu ? Ah, kenapa selama ini aku tak memperhatikannya. Asyik lihat ke bawah terus sih! Memang kesempatannya baru lihat paha. Kimono Tante waktu itu, kalau tak salah, tertutup sampai dibawah lehernya. Tapi ?kan bisa lihat bentuk luarnya. Ah, memang mataku tak sampai kesitu. Melihat bentuk paha dan kaki cewe bule ini mirip milik Tante, aku rasa bentuk dadanyapun tak jauh berbeda, begitu aku mencoba memperkirakan. Begitu banyak aku berdialog dengan diri sendiri tentang buah dada. Begitu banyak pertanyaan yang bermuara pada pertanyaan inti Bagaimana bentuk buah dada Tanteku yang cantik itu ? Untungnya, atau celakanya, pertanyaanku itu segera mendapat jawaban, di meja makan. Di pertengahan makan siangku, Tante muncul istimewa. Mengenakan baju-mandi, baju mirip kimono tapi pendek dari bahan seperti handuk tapi lebih tipis warna putih dan ada pengikat di pinggangnya. Tante kelihatan lain siang itu, segar, cerah. Kelihatannya baru selesai mandi dan keramas, sebab rambutnya diikat handuk ke atas mirip ikat kepala para syeh. ?Oh, kamu sudah pulang, engga kedengaran masuknya,? sapanya ramah sambil berjalan menuju ke tempatku. ?Dari tadi Tante,? jawabku singkat. Ia berhenti, berdiri tak jauh dari dudukku. Kedua tangannya ke atas membenahi handuk di rambutnya. Posisi tubuh Tante yang beginilah memberi jawaban atas pertanyaanku tadi. Luar biasa! Besar juga buah dada Tante ini, persis seperti perkiraanku tadi, bentuknya mirip punya cewe bule di Penthouse tadi. Meskipun aku melihatnya masih ?terbungkus? baju-mandi, tapi jelas alurnya, bulat menonjol ke depan. Di bagian kanan baju mandinya rupanya ada yang basah, ini makin mempertegas bentuk buah indah itu. Samar-samar aku bisa melihat lingkaran kecil di tengahnya. Sehabis mandi mungkin hanya baju-mandi itu saja yang membungkus tubuhnya sekarang. Bawahnya aku tak tahu. Bawahnya! Ya, aku melupakan pahanya. Segera saja mataku turun. Kini lebih jelas, bulu-bulu lembut di pahanya seperti diatur, berbaris rapi. Ah aku sekarang lagi tergila-gila buah dada. Pandanganku ke atas lagi. Mudah-mudahan ia tak melihatku melahap dengan mata tubuhnya. Memang ia tidak memperhatikanku, pandangannya ke arah lain masih terus asyik merapikan rambutnya. Tapi aku tak bisa berlama-lama begini, disamping takut ketahuan, lagipula aku ?kan sedang makan. Kuteruskan makanku. Bagaimana reaksi tubuhku, susah diceritakan. Yang jelas kelaminku tegang luar biasa. Tiba-tiba ia menarik kursi makan di sebelahku dan duduk. Ah, wangi tubuhnya terhirup olehku. ?Makan yang banyak, tambah lagi tuh ayamnya.? Bagaimana mau makan banyak, kalau ?diganggu? seperti ini. Aku mengiakan saja. Rupanya ?gangguan nikmat? belum selesai. Aku duduk menghadap ke utara. Di dekatku duduk si Badan-sintal yang habis mandi, menghadap ke timur. Aku bebas melihat tubuhnya dari samping kiri. Ia menundukkan kepalanya dan mengurai rambutnya ke depan. Dengan posisi seperti ini, badan agak membungkuk ke depan dan satu-satunya pengikat baju ada di pinggang, dengan serta merta baju mandinya terbelah dan menampakkan pemandangan yang bukan main. Buah dada kirinya dapat kulihat dari samping dengan jelas. Ampun.. putihnya, dan membulat. Kalau aku menggeser kepalaku agak ke kiri, mungkin aku bisa melihat putingnya. Tapi ini sih ketahuan banget. Jangan sampai. Betapa tersiksanya aku siang ini. Tersiksa tapi nikmat! Oh Tuhan, janganlah aku Kau beri siksa yang begini. Aku khawatir tak sanggup menahan diri. Rasa-rasanya tanganku ingin menelusup ke belahan baju mandi ini lalu meremas buah putih itu? Kalau itu terjadi, bisa-bisa aku dipulangkan, dan hilanglah kesempatanku meraih masa depan yang lebih baik. Apa yang kubilang pada ayahku ? Dapat kupastikan ia marah besar, dan artinya, kiamat bagiku. Untung, atau sialnya, Tante cepat bangkit menuju ke kamar sambil menukas ?Teruskan ya makannya.? ?Ya Tante,? sahutku masih gemetaran. Aah., aku menemukan sesuatu lagi. Aku mengamati Tante berjalan ke kamarnya dari belakang, gerakan pinggulnya indah sekali. Pinggul yang tak begitu lebar, tapi pantatnya demikian menonjol ke belakang. Tubuh ideal, memang. Malamnya aku disuruh makan duluan sendiri. Tante menunggu Oom yang telat pulang malam ini. Masih terbayang kejadian siang tadi bagaimana aku menikmati pemandangan dada Tante yang membuat aku tak begitu selera makan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan Tante yang muncul dari kamarnya. Masih mengenakan baju-mandi yang tadi, rambutnya juga masih diikat handuk. Langsung ia duduk disebelahku persis di kursi yang tadi. Belum habis rasa kagetku, tiba-tiba pula ia pindah dan duduk di pangkuanku! Bayangkan pembaca, bagaimana nervous-nya aku. Yang jelas penisku langsung mengeras merasakan tindihan pantat Tante yang padat. Disingkirkannya piringku, memegang tangan kiriku dan dituntunnya menyelinap ke belahan baju-mandinya. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kuremas dadanya dengan gemas. Hangat, padat dan lembut. Tantepun menggoyang pantatnya, terasa enak di kelaminku. Goyangan makin cepat, aku jadi merasa geli di ujung penisku. Rasa geli makin meningkat dan meningkat, dan .. Aaaaah, aku merasakan nikmat yang belum pernah kualami, dan eh, ada sesuatu terasa keluar berbarengan rasa nikmat tadi, seperti pipis dan? aku terbangun. Sialan! Cuma mimpi rupanya. Masa memimpikan Tante, aku jadi malu sendiri. Kejadian siang tadi begitu membekas sampai terbawa mimpi. Eh, celanaku basah. Mana mungkin aku ngompol. Lalu apa dong ? Cepat-cepat aku periksa. Memang aku ngompol! Tapi tunggu dulu, kok airnya lain, lengket-lengket agak kental. Ah, kenapa pula aku ini ? Apa yang terjadi denganku ? Besok coba aku tanya pada Oom. Gila apa! Jangan sama Oom dong. Lalu tanya kepada Tante, tak mungkin juga. Coba ada Mas Joko, kakak kelasku di ST dulu. Mungkin teman sekolahku ada yang tahu, besok aku tanyakan. *** Esoknya aku ceritakan hal itu kepada Dito teman paling dekat. Sudah barang tentu kisahnya aku modifikasi, bukan Tante yang duduk di pangkuanku, tapi ?seseorang yang tak kukenal?. ?Kamu baru mengalami tadi malam ?? ?Ya, tadi malam.? ?Telat banget. Aku sudah mengalami sewaktu kelas 2 SMP, dua tahun lalu. Itu namanya mimpi basah.? ?Mimpi basah ?? ?Ya. Itu tandanya kamu mulai dewasa, sudah aqil-baliq. Lho, emangnya kamu belum pernah dengar ?? Malu juga aku dibilang telat dan belum tahu mimpi basah. Tapi juga ada rasa sedikit bangga, aku mulai dewasa! ?Rupanya kamu badan aja yang gede, pikiran masih anak-anak.? Ah biar saja. Beberapa hari sebelum mimpi basah itu toh aku sudah ?menghayati? wanita sebagai orang dewasa! ?Kamu punya pacar ?? ?Engga.? ?Atau pernah pacaran ?? ?Engga juga.? ?Pantesan telat kalau begitu. Waktu kelas 3 SMP aku punya pacar, teman sekelas. Enak deh, sekolah jadi semangat.? ?Kalau pacaran ngapain aja sih ?? tanyaku lugu. Memang betul aku belum tahu tentang pacaran. Tentang wanitapun aku baru tahu beberapa hari lalu. ?Ha.. ha.. ha.! Kampungan lu! Ya tergantung orangnya. Kalau aku sih paling-paling ciuman, raba-raba, udah. Kalau si Ricky kelewatan, sampai pacarnya hamil.? Ciuman, raba-raba. Aku pernah lihat orang ciuman di filem TV, enak juga kelihatannya, belum pernah aku membayangkan. Kalau meraba, pernah kubayangkan meremas dada Tante. ?Hamil ?? Pelajaran baru nih. ?Ada juga yang sampai ?gitu? tapi engga hamil. Engga tahu aku caranya gimana.? ?Gitu gimana ?? ?Kamu betul-betul engga tahu ?? Lalu ia cerita bagaimana hubungan kelamin itu. Dengan bisik-bisik tentunya. Aku jadi tegang. Pantaslah aku dibilang kampungan, memang betul-betul baru tahu saat ini. Kelamin lelaki masuk ke kelamin wanita, keluar bibit manusia, lalu hamil. Bibit! Mungkin yang keluar dari kelaminku semalam adalah bibit manusia. Bagaimana mungkin kelaminku sebesar ini bisa masuk ke lubang pipis wanita ? Sebesar apa lubangnya, dan di mana ? Yang pernah aku lihat kelamin wanita itu kecil, berbentuk segitiga terbalik dan ada belahan kecil di ujung bawahnya. Tapi yang kulihat dulu itu di desa adalah kelamin anak-anak perempuan yang sedang mandi di pancuran. Kelamin wanita dewasa sama sekali aku belum pernah lihat. Bagaimana bentuknya ya ? Mungkin segitiganya lebih besar. Bersambung ke Cerita Sex – Tante Yani 2 Kehidupan keluarga Sony tiba-tiba berubah total setelah dia tertangkap Polisi karena kasus narkoba. Istrinya juga ikut dicokok polisi, karena keterlibatannya mengedar narkoba. Anak mereka tiba-tiba harus hidup sebatang kara, karena tidak ada keluarga yang mengurusinya. Aku sebagai satu-satunya famili Sony harus mengambil alih mengurus rumah tangganya. Sebelumnya aku kost di dekat kampus, kini terpaksa pindah menempati rumah keluarga kakakku Sony. Tidak banyak yang aku bisa lakukan sebagai mahasiswa yang hidupnya pas-pasan. Untunglah usaha kecil-kecilan menjual pulsa bisa memberiku penghasilan yang lumayan. Dari situlah aku bisa membiyai hidup di rumah kakaku Sony. Kakaku, Sony adalah duda yang kemudian menikah dengan istrinya yang sekarang ikut masuk penjara. Istrinya, Vegi juga seorang janda . Mereka masing-masing membawa anak dari hasil perkawinannya yang dahulu, Kakakku membawa Ria, sedang Mbak Vegy membawa Audi. Umur mereka sebaya 9 tahu. Audi lebih tua 5 bulan dari Ria. Untunglah keduanya akur, sehingga aku tidak pusing. Audi dan Ria adalah dua anak yang cakep-cakep. Sesuai dengan jurusan kuliahku, aku hobby nongkrong seharian di komputer, apalagi yang tersambung internet. Untunglah di rumah kakakku ada sambungan internet dan seperangkat komputer. Mereka sebelumnya mengnuakan perangkat ini untuk membantu transaksi narkoba. Untung saja Polisi tidak menemukan barang bukti ini, sehingga tidak ikut disita sebagai barang bukti. Cerita-Cerita Kita Sebagai pemuda yang berusa 23 tahun, aku juga suka berselancar mencari situs-situs porno. Setelah bosan melihat berbagai situs porno dari orang-orang dewasa, akhirnya hobby ku itu menemukan situs-situs di bawah umur. Aku sangat terangsang dengan gambar-gambar anak dibawah umur yang melakukan berbagai adegan sex. Orientasi sex ku jadi berubah dan penasaran untuk tahu lebih jauh mengenai kegiatan sex anak-anak di bawah umur. Mungkin karena itu otakku jadi agak miring. Aku berpikir Audi dan Ria bisa menjadi proyekku untuk mewujudkan fantasi sex ku. Aku jadi punya keinginan melakukan eksprimen mempengaruhi dua anak asuhku menjadi obyek sex. Mereka tidak ada yang mengawasi kecuali aku, sehingga aku punya keleluasaan untuk mendidik apa pun kepada mereka. Akhirnya aku menyusun skenario untuk menjebak mereka sesuai dengan obsesiku. Aku akan mempengaruhi mereka secara perlahan-lahan, sehingga tidak sampai terjadi penolakan yang nanti membuat kekecewaan. Aku mengajari mereka melalui tontonan di TV melalui DVD. Aku rasa inilah cara yang paling memungkinkan untuk menghanyutkan mereka. Oleh karena itu mereka aku ajak menyaksikan filim-film yang sudah aku susun penahapannya. Ria dan Audi duduk berjajar menyaksikan film. Mereka duduk malu-malu Sementara aku duduk di sisi lain Ria. Kami menyaksikan film X satu, dengan cerita yang cukup menarik. Ria berkali-kali menutup mata ketika di TV tampil cewek berciuman dengan laki-laki atau kalau kelihatan cewek telanjang.. Maklum lah mereka masih 9 tahun, mungkin belum berani terus terang atau malu menyaksikan adegan-adegan seperti itu. Sejak saat itu mereka sering nonton film DVD baik bertiga, atau aku berdua dengan Ria saja atau dengan Audi saja. Audi lebih berani menatap adegan-adegan syur dibAuding Ria. Setelah sekian kali kami terbiasa nonton film seperti itu, akhirnya Ria berani menatap langsung adegan-adegan syur. Dia kelihatannya tidak jengah lagi. Aku membiarkan saja Ria terbiasa menyaksikan adegan seperti itu dan kularang Audi mengejeknya. Setelah Mereka terbiasa, aku meningkatkan film dengan rating yang lebih tinggi yaitu film-film X dua. Ria masih terlihat agak malu meskipun dia tidak lagi menutup mata, sementara Audi antusias meyaksikan adegan porno. Aku menjelaskan secara gamblang apa yang sedang terjadi pada adegan-adengan itu. Audi banyak bertanya, sementara Ria hanya diam saja. Mungkin dia masih terhalang rasa malu untuk bertanya. Namun setelah terbiasa menyaksikan beberapa film, akhirnya Ria berkomentar, kenapa perempuan di film itu tidak malu, dan kenapa dia mau saja beradegan seperti itu. Aku menjelaskan apa adanya. Entah dia paham dengan penjelasanku, entah tidak. Tapi akhirnya keluar juga pertanyaannya apakah si perempuan merasa sakit atau senang, karena adanya suara rintihan dari perempuan. Anak-anak itu jadi kecanduan menonton film-film porno meski baru rating X dua. Kesempatan itulah aku meningkatkan tontonan dengan rating yang lebih tinggi yaitu film-film X tiga. Aku memilih film yang mempunyai jalan cerita yang wajar, seperti Tarzan X dan film-film drama. Pertanyaan Audi makin bertubi-tubi, sementara Ria hanya diam terpaku. Aku duga, Audi terangsang oleh film seperti itu, sementara Ria terkesiap melihat aksi senggama yang menampilkan gambar lebih detil. Kami kemudian terbiasa menyaksikan film dengan rating X 3 sampai kepada berbagai tema mulai dari party, lesbi sampai interacial.. “Ih geli deh oom nonton nonton yang gituan, “ kata Ria. Aku katakan kepada mereka, bahwa semua orang bakal melakukan hal semacam itu, karena rasanya nikmat dan dengan jalan itulah manusia melampiaskan rasa kasih sayang dan nafsunya. Aku tanyakan ke Ria dan Audi apakah mereka pernah berciuman. Aku tau jawabnya, tetapi Ria memilih tidak menjawab, sementara Audi terus terang mengatakan belum. Ketika kutanya apakah kalian ingin belajar berciuman seperti yang di film itu. Keduanya terdiam malu. “ Gak usah malulah, kalian harus merasakan nikmatnya orang berciuman, kalau kalian tidak belajar nanti sesudah gede malah malu-maluin dicium pacar tapi gak bisa apa-apa,” kata ku berkilah. “Nah sekarang oom ajari cara berciuman ya,” kataku. Ria langsung menutup mulut, sementara Audi bengong. Aku memberi mereka permen pengharum mulut. Kukatakan agar kalau berciuman nikmat sebaiknya mulut kita berbau sedap. Keduanya mau menerima permen dan menghisapnya sampai habis. Keduanya menurut saja ketika kuminta berdiri berhadapan. Audi memeluk Ria seperti permintaanku, sementara Ria malu dan menundukkan wajahnya. Audi pertama-tama kuarahkan mencium pipi kiri dan kanan dengan gerakan yang lembut. Dasar mereka masih anak-anak, gerakannya masih kaku. Aku suruh mereka melakukan berulang-ulang sampai gerakannya tidak kaku. Setelah mencium kening dan pipi Ribna berkali-kali dan demikian juga Ria mencium Audi, akhirnya suasana agak cair juga. Ria kuminta memiringkan kepalanya ke kiri dan Audi kekanan. Pertama kuminta keduanya menempelkan bibirnya saja sementara mulutnya tetap terkatup. Perlahan-lahan-lahan keduanya kuminta membuka mulutnya sedikit sampai akhirnya kedua mulut mereka menyatu. Aku arahkan Audi agar lebih agresif dan Ria menghisap mulut Audi. Meski gerakannya kaku dan malu-malu, tetapi insting sex mereka mendorong mereka untuk melakukannya dengan benar. Audi dan Ria kuminta saling menjulurkan lidahnya dan masuk ke dalam mulut lawan. Karena baru pertama kali, kedua mereka mengeluarkan air liur yang banyak sampai menetes. Ketika mereka mengakhiri adegan itu keduanya tertawa geli. Setelah posisi berdiri aku atur agar mereka berciuman sambil menindih. Ria kuminta berbaring di sofa dan Audi menindihnya lalu kembali melakukan ciuman. Mereka menuruti kemauanku dan mulai melakukannya. Kali ini gerakan mereka sudah makin luwes. Posisi aku balik sehingga Ria yang menindih Audi. Kelihatannya mereka cukup cerdas menerima pelajaran ini. Hari ini pelajaran bercumbu aku cukupkan sampai disitu. Sebagai penutup aku mengajarkan ke Audi dengan mencontohkannya. Aku merengut Ria dan kududukkan di pangkuanku dengan posisi berhadapan lalu kudaratkan ciuman ke mulutnya. Ria kucium mulutnya dengan berbagai gerakan vaRiasi. Ria terengah-ngah dan nafasnya memburu. Aku tahu dia terangsang oleh ciumanku. Keesokan harinya pelajaran kutingkatkan dengan berciuman sambil meraba. Berhubung Ria belum tumbuh payudaranya, maka kupikir jika Audi meraba dadanya dia belum akan merasakan apa-apa. Oleh karena itu aku pikir rabaan harus difokuskan langsung ke kemaluan lawan masing-masing. Dengan posisi berdiri mereka kali ini kembali berciuman, Tangan Audi kuarahkan meremas remas bongkahan pantat Ria sebaliknya Ria kuarahkan memeluk Audi lebih erat. Nafas Ria mulai memburu menandakan birahinya mulai bangkit. Tangan Audi aku tuntun untuk merabai selangkangan Ria. Ria terkejut dan menjauhkan posisi posisi selangkangannya dari tubuh Audi, Tetapi aku larang agar Ria diam saja dan merasakan kenikmatan yang akan timbul. Tangan kiri Audi aku arahkan menangkup ke memek Ria meskipun masih tertutup celana pendek, dan jari tengahnya kuminta menekan-nekan di bagian tengahnya. Ria diam saja diperlakukan begitu. Sementara setelah itu tangan Ria aku tuntun untuk memegang selangkangan Audi. Mulanya tangan Ria agak dikakukan sehingga dia agak berontak ketika aku tuntun menuju kemaluan Audi. Setelah kuperintah agar melemaskan, akhirnya Ria pasrah. Kemaluan Audi yang mengeras terjamah oleh tangan Ria, Tetapi tangan Ria diam saja. Kemudian aku mengarahkan jari-jari Ria agar menggenggam batang penis Audi. Arahanku diikutinya dan keduanya kelihatan mulai tinggi birahinya. Audi kuminta berpindah menciumi belakang telinga Ria lalu turun ke leher. Nafas Ria mulai memburu, sementara tangan Audi makin aktif meremas-remas selangkangan Ria. Adegan itu kuhentikan dan Audi kuminta membuka kausnya, Ria Juga. Mulanya Ria menolak, tetapi setelah aku paksa, dia akhirnya menyerah. Kedua tangannya ditangkupkankannya ke kedua buah dadanya yang belum tumbuh. Naluri kewanitannya yang menuntun tangannya menutup yang sebenarnya belum perlu ditutup, karena memang belum tumbuh. Aku meminta Ria berbaring di sofa dan Audi kusuruh menciumi dada Ria dan menjilati kedua puttingnya . Ria kegelian ketika Audi mulai menjilati dadanya. Aku minta Ria menahan rasa geli. Dia berusaha mati-matian , tetapi rasa geli itu tidak bisa dia tahan. Karena Ria tidak mampu menahan rasa geli, sekarang gantian Audi yang berbaring dan Ria yang menjilati dada dan kedua putting Audi. Audi rupanya juga kegelian, tetapi dia masih bisa menahan, ketika dia kuperintahkan menahan rasa geli itu. Pelajaran berikutnya adalah membuka celana luar mereka. Audi menyisakan celana dalamnya dan Ria juga masih memakai celana dalam warna krem. Aku kembali mengarahkan mereka agar saling meremas kedua kelamin lawan jenisnya sambil berciuman. Setelah itu aku arahkan agar tangan Audi menelusup ke dalam celana dalam Ria dan Ria juga begitu. Keduanya melakukan dengan malu-malu. Ria kuarahkan agar menggenggam batang Audi yang masih kecil tetapi sudah keras menegang, sementara Audi komplain,karena katanya memek Ria ada air kencingnya. Aku katakan itu bukan air kencing tetapi lendir sebagai tanda Ria sudah terangsang. Ria menggelinjang-gelinjang ketika tangan Audi dengan kasar mengorek-ngorek memek Ria. Aku arahkan agar Audi jangan bertindak kasar dan mencari clitoris Ria. Dengan arahanku Audi menemukan clitoris Ria. Mendapat sentuhan jari Audi di clitorisnya, Ria menggelinjang gelinjang, katanya rasanya geli. Aku lalu memelorotkan kedua celana dalam mereka sehingga keduanya sekarang bugil. Audi terus mengorek memek Ria sementara Ria menggenggam penis Audi tetapi tidak melakukan gerakan. Keduanya kelihatan sudah naik birahinya. Audi kuminta berbaring di sofa dengan posisi telentang dan Ria kuajari mengoral penis Audi. Penis kecil yang tegang mengeras mengacung ke atas. Audi sudah sunat sejak kecil. Mulanya Ria merasa jijik, tetapi kuingatkan adegan-adegan di film dimana baik laki maupun perempuan merasakan nikmat yang luar biasa karena menghisap kemaluan. Audi kelihatannya agak jengah juga, tetapi ketika Ria meremas-remas penisnya dia merem melek nikmat. Kuajarkan Ria agar memulainya dengan menciumi sekitar kemaluan Audi. Ria dengan gerakan ragu mlai menciumi sekitar kontol Audi. Audi melenguh-lenguh nikmat. Ria mulai menciumi ujung penis Audi dan pelan-pelan ia mulai melahapnya. Audi makin kelojotan dan tak lama kemudia dia melenguh panjang. Kelihatannya Audi mencapai orgasme. Tapi seusia dia 9 tahun belum ada sperma yang keluar. Aku memerintahkan Ria untuk menghentikan oralnya, karena Audi pun menarik penisnya dari mulut Ria. Audi merasa geli yang amat sangat sesaat setelah dia mencapai orgasme. Audi mengakui rasa nikmat yang luar biasa dioral oleh Ria. Sementara Ria sibuk meludah dan melap mulutnya dengan handuk. Aku suruh dia membersihkan diri ke kamar mAudi sekaligus membersihkan memeknya. Ria kembali dari kamar mAudi dalam keadaan masih telanjang bulat. Dia kuatur posisinya duduk bersandar di sofa sambil mengangkang dan menekuk kedua kakinya. Audi kuminta bersimpuh dihadapan memek Ria. Ria menutupi lubang kemaluannya dengan tangan. Aku terpaksa menyingkirkannya dan memberi instruksi bagian mana dulu yang harus dijiliati oleh Audi. Dia kuarahkan untuk mencium terlebih dahulu sekeliling belahan memek. Setelah itu ketika rasa geli Ria agak menurun, Audi boleh menjilati seputar belahan memek dengan gerakan melingkar dari sisi kiri ke sisi kanan. Setelah itu belahan memek Ria aku lebarkan dan kutunjukkan bagian clitorisnya di ujung lipatan bagian atas yang agak menonjol. Memek anak seusia Ria ini lipatan bibir dalamnya masih mancung menonjol kedepan. Audi kuminta menjilat clitoris Ria dengan gerakan halus. Jika Ria merasa nyeri Audi kuminta menjilati dulu pinggir sekitar clitoris, dengan tidak menyentuh clitorisnya. Setelah Ria nafasnya makin memburu dan menggeliat-geliat sebagai tanda dia mencapai kenikmatan, baru aku perintahkan Audi memfokuskan jilatannya ke clitoris Ria. Cukup lama Audi terus menerus menjilati clitoris Ria. Sampai dia berkali-kali bertanya kepadaku apakah sudah selesai. Aku perintahkan dia terus menjilat. Audi mengeluh lidahnya cape. Aku ajarkan agar mulutnya Audi menangkup belahan memek Ria dan lidahnya bermain di ujung clitoris. Posisi mulut Audi yang demikian itu membuat rangsangan pada clitoris Ria makin terasa terfokus, karena jilatan Audi mungkin juga terfokus. Ria akhirnya mengejang dan menjepit kedua kepala Audi sembil menekan kepala Audi kuat-kuat ke arah memeknya. Audi sempat gelagapan tidak bisa bernafas sebentar. Ria mengatupkan matanya dan wajahnya damai dan puas. Dia mengangguk membenarkan rasa nikmat luar biasa yang baru saja dialami. Kagiatan itu itu rupanya sudah memacu birahi Audi lagi. Batang penisnya kembali sudah berdiri tegak. Aku melumuri penis Audi dengan jelli dan juga seputar lubang memek Ria. Audi kuajarkan mengambil posisi untuk memasukkan penisnya ke lubang memek Ria. Aku ingatkan Audi agar mendorongkan pensinya pelan-pelan, dan jangan dipaksakan. Jika Ria mengeluh sakit, Audi harus berhenti. Audi kelihatannya paham. Ujung penisnya kutuntun menuju permukaan lubang vagina Ria. Aku oles-oleskan kepala penis Audi di depan lubang kemaluan Ria. Setelah tepat di depan lubang Audi kuminta mendorong sedikit. Kepala penis Audi yang masih kecil agak melesak masuk ke dalam lipatan memek Ria. Ria mengeluh sakit. Aku minta Audi menghentikannya. Audi kuminta menarik penisnya pelan-pelan. Aku memandunya dengan memegang kedua pantat Audi. Kudorong pelan pantatnya lalu kutarik lagi sedikit. Gerakan maju mudur berkali-kali itu berhasil menenggelamkan seluruh kepala penis Audi. Ria meringis menahan rasa sakit akibat penetrasi penis Audi kedalam memeknya. Audi mulai menguasai gerakan dan dia mengaku merasa nikmat kepala penisnya dijepit oleh memek Ria, sementara Ria masih merasakan sakit. Audi kelihatannya mampu bertahan lama. Aku terus memandu memegang pantat Audi setelah kulihat masuknya penis Audi agak lumayan. Audi kuminta istirahat dengan tetap membenamkan kepala penisnya . Dengan gerakan tiba-tiba kudorong pantat Audi kuat-kuat. Ria menjerit kesakitan. Aku berusaha membenamkam penis Audi yang sudah tenggelam sepenuhnya. Dia berhasil menerobos masuk memecahkan selaput dara Ria. Air mata Ria meleleh, dia menangis. Aku menyuruh Audi untuk mencium mulut Ria dengan mesra. Instruksi itu diikuti Audi, dan redalah tangis Ria. Pantat Audi pelan-pelan aku tarik dan aku dorong lagi. Sementara Audi kuminta terus mengecup mulut Ria dengan mesra. Penis Audi mulai laju maju mundur di memek Ria, sampai akhirnya Audi mencapai orgasmenya. Dia menekan dalam-dalam penisnya ke dalam memek Ria sambil melenguh panjang. Setelah itu pelan-pelan ditariknya penis dari lubang memek Ria. Penis Audi berselaput darah segar merah, tetapi tidak terlalu banyak karena bercampur dengan cairan memek.. Ria yang masih bersandar pasrah di bagian memeknya mengalir sedikit darah segar. Aku mengambil handuk basah dan pelan-pelan kubersihkan lelehan darah perawannya. Ria kuminta tidur berbujur di sofa lalu kuselimuti. Sementara Audi membersihkan dirinya di kamar mAudi. Ria kelihatannya tertidur. Kubiarkan dia istirahat sejenak sambil memulihkan luka di vaginanya. Sekitar 2 jam Ria tertidur di sofa. Dia terbangun karena merasa kebelet pipis. Dengan jalan tertatih-tatih karena selangkangannya sakit, Ria menuju kamar mAudi. Aku membantunya memberishkan memek Ria. Dia mengeluh memeknya perih kena air kencing. Setelah kusiram bekas pipis di memeknya, kubersihkan dengan handuk. Masih ada cairan darah sedikit sisa luka selaput dara didalamnya. Bagaikan mengurus anak bayi Aku memakaikan kembali pakaian Ria. Kami lalu bersama-sama menyantap mi rebus intan. Ria kuminta menginap saja di kamarku malam ini. Aku khawatir jika dia pulang sekarang, akan dicurigai emaknya karena jalannya agak ngangkang akibat menahan rasa sakit. Keessokan harinya Rasa sakit di memek Ria sudah jauh berkurang, meskipun kalau pipis katanya masih agak perih. Namun jalannya sudah tidak aneh lagi. Aku melarang Audi yang ketagihan untuk minta ngentot Ria lagi. Mereka kularang melakukan hubungan sex sampai seminggu, sampai luka di mRia benar-benar sembuh. Setelah memeknya sembuh aku baru membolehkan Audi kembali mencumbu Ria. Audi kelihatannya sudah tidak sabar, dia segera meraih Ria dan langsung mencium dan mencumbunya di sofa. Ria menanggapi ala kadarnya. Audi bersemangat sekali membukai baju Ria sampai akhirnya keduanya telanjang. Audi lalu meminta Ria duduk bersandar dan posisi ngangkang di sofa. Audi langsung beraksi memasukkan penisnya. Namun dia berkali-kali gagal, karena penisnya selalu meleset. Aku lalu memberi jelli ke penis Audi dan juga ke memek Ria. Sebab Ria pun mengeluh sakit jika Audi memaksakan penisnya masuk. Berkat lubrikasi jelli, penis Audi berhasil menerobos masuk ke dalam memek Ria. Audi dengan semangat memompa penisnya ke dalam memek Ria dengan gerakan cepat. Aku memperhatikan kedua bocah 9 tahun itu melakukan adegan ngentot. Sekitar 5 menit Audi mengejang menandakan dia telah mencapai klimaksnya. Audi langsung menarik penisnya meski masih tegang. Dia duduk bersandar disamping Ria sambil nafasnya terengah-engah. Belum sampai 10 menit istirahat penisnya sudah berdiri lagi. Dasar anak-anak, ngacengnya cepat banget. Audi kembali ingin memasukkan penisnya ke lubang memek Ria. Kali ini kuajarkan agar Ria tidur telentang di sofa dan Audi menindihnya. Posisi misionaris itu rupanya menambah keleluasaan Audi melakukan gerakan bersetubuh. Dia terus memompakan penisnya ke dalam memek Ria. Ria berkali-kali minta Audi menyudahinya, tetapi Audi masih merasa tanggung makanya dia tidak menggubris. Posisi mereka kemudian aku balik. Kini gantian Audi yang tidur telentang dan Ria duduk diatas penis Audi. Aku mengajarkan Ria agar tangannya menuntun penis Audi memasuki memeknya. Ria mengikuti perintahku dan tenggelamlah penis Audi seluruhnya ke dalam memek Ria. Ria kuminta melakukan gerakan naik turun. Berkali-kali penis Audi terlepas dari memek Ria sehingga berkali-kali pula Ria menuntun penis itu masuk kembali. Kuajarkan gerakan maju mundur, agar penis Audi tetap berada di dalam. Gerakan ini rupanya memberi rangsangan kepada memek Ria karena clitorisnya tersentuh bagian badan Audi. Dari gerakan cewek yang terangsang terlihat bahwa ritmenya sudah benar. Ria rupanya mencapat kenikmatan sehingga dia terus menerus melakukan gerakan itu sampai akhirnya dia mengejang mencapai orgasmenya. Sementara Audi masih bertahan. Posisinya aku balik lagi sehingga Audikembali pada posisi misionaris. Tidak lama menggenjot Audi pun mencapai orgasmenya. Mereka lalu duduk bersandar kelelahan dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Aku yang dari awal sudah ngaceng berat kali ini memutuskan ikut ambil bagian. Ria kukangkangkan dan dengan hanya memelorotkan celanaku dan melumuri penisku dengan jelli aku mencoba menusukkan penisku ke memek Ria. Dia kelhatan agak tegang melihat penisku yang besar dibAudingkan milik Audi. Dengan gerakan hati-hati aku mendorong penisku memasuki memek Ria. Penisku perlahan-lahan ambles sampai tinggal separuh. Ketika akan kuteruskan terasa lubang vaginanya sudah mentok. Aku akhirnya menggenjot dengan hanya separuh penisku berada di dalam memek Ria. Rasanya nikmat menjepit dan sempit, membuat aku pun akhirnya mencapai orgasme dan kulepaskan spermaku di dalam memek Ria. Sejak saat itu kamarku menjadi hotel bagi Audi dan Ria melampiaskan nafsu sexnya. Aku juga sering menikmati memek Ria meski penisku tidak bisa kumasukkan sepenuhnya. Pada umur 10 tahun badan Ria mulai berkembang, susunya mulai menggelembung. Ria menolak untuk diremas-remas karena katanya teteknya sakit kalau kesenggol. Aku dan Audi hanya menjilati putting susunya kalau kami melakukan hubungan. Pada usia 11 tahun ketika Ria sudah duduk di kalas 5 susunya sudah mulai berbentuk mancung dan kalau dipegang sudah tidak ngilu lagi. Susunya sangat kenyal jika diremas. Aku tidak tahu apakah perkembangan hormon sexnya tumbuh lebih cepat akibat aktivitas sex, atau memang secara alami Ria sudah berkembang pada usia itu. Penisku sudah bisa tenggelam seluruhnya ketika Ria berusia 10 tahun. Memeknya tetap sempit bagi kontolku, tetapi juga masih bisa mengantar orgasme bagi Audi yang penisnya jauh lebih kecil dari ku. Sejak saat itu kami bebas melakukan orgy bertiga. Audi maupun Ria kelihatannya juga sangat menikmati kehidupan baru mereka ini. Keingat jaman dulu waktu kecil aku sering melihat kedua orang tuaku menonton film porno di ruang keluarga, saat itu siang malam di putar terus film pornonya mereka cuek walaupun ada anak anaknya di sekitarnya, sempat juga aku menemui orang tuaku saat dia nonton filmdan terangsang mereka langsung bersetubuh di tempat itu. Semua pembantu yang ada di rumah sudah paham sifat nyonya dan tuan jadi tidak heran bila ayah dan ibuku sedang ngentot pembantu masuk di ruangan, pembatu yang ada di rumahku ada 4 yang mana kesemuanya adalah wanita. Karena aku dan adiku sewaktu masih usia SD karena masih polos menganggap itu adalah hal yang wajar dilakukan oleh seorang ayah dengan ibu. Ketika aku pulang sekolah aku sudah kls 1 SMP sedangkan adikku kls 6 SD aku melihat kontol ayahku sedang dihisap oleh salah seorang pembantuku dan disamping ayahku ada ibuku yang bertelanjang dada memperhatikan sambil kadang-kadang berciuman dengan ayahku. Aku agak sedikit heran tapi.. ah mungkin hal yang biasa pikirku. “Pa.. kok sudah pulang dari kantor” kataku. Ayah dan ibuku kaget. “Eh.. sayang sudah pulang… bagaimana ujiannya?” tanya ibuku. “Lumayan lah.. ngga jelek” kataku. Aku langsung duduk di samping ibuku yang sedang bertelanjang dada itu. “Sana makan dulu Ted” kata ayahku. “Sudah Pah… tadi ada temen yang nraktir” kataku sambil tetap menatap pembantu kami yang bernama Dewi sedang menghisap kontol ayahku. “Lagi ngapain sih ma..?” tanya ku. Ibuku hanya tersenyum saja. “Sudah Tuan..?” tanya si Dewi mungkin dia agak canggung diperhatikan olehku. “Belum dong Dewi….. sampe keluar maninya.. kamu ini ngga pernah beres kalo kerja” tegur ibuku. Kulihat ayah ku.. beliau sedang merem melek sambil berdesis-desis… Ssshh.. hhhss.. ahh.. terus wi.. ahh.. shh. Aku jadi penasaran bagaimana sih rasanya.. kok seperti yang nikmat betul. “Ma Teddy mau donk digituin kaya Papa” pintaku pada Mama. Mama tersenyum “Sini buka celanamu” perintah Mama. Aku langsung membuka celana dan menyodorkan kontolku pada Mama. Mama langsung menhisap kontolku dengan lembut dan tangannya kirinya memegang biji pelerku. Aku kontan merasakan nikmat2 geli. “Ahh… sshh.. Ma geli Ma… ssh ahh” tapi Mamaku tetap saja menghisap kontolku lebih dalam lagi. Aku melihat Papaku sedang berusaha memasukan kontolnya ke dalam memek si Dewi. “Lho kok Papa keterusan sih..” kata ibuku sambil tersenyum dan tangannya masih saja mengocok-ngocok kontolku. “Tanggung sih ma…” Kata Papaku. Kulihat si Dewi merem melek menerima hujaman kontol Papaku sambil sesekali menggoyangkan pantatnya. Tiba-tiba si Dewi memeluk erat pingang Papaku dan Papaku mencengkram bahu si Dewi “…aduh tuan udah mau keluar nih” erang si Dewi. “Bapak juga mau ke…luarrr…” kata Papaku dan Crott.. crott.. crot.. air mani Papaku di semburkan ke rahim si Dewi…. setelah itu mereka terkulai lemas dan tergolek bersama di karpet depan TV. “Teddy mau ngga masukin anunya ke memek Mama..?” tanya Mamaku sambil tangannya tetap mengocok kontolku, belum selesai dia bicara tiba-tiba.. Ahh.. ahh…… kontolku menyemburkan maninya sendi-sendi ini terasa lemas jadinya. “Yaaa… udah keluar… Mama kan belum di entot siang ini..” kata Mamaku kecewa. Papaku tertawa..” nanti malem aja.. kamu dapat giliran penuh…” kata Papaku. “Mammaa…” adiku ternyata sudah pulang diantar oleh Mang Ikin supir keluarga. Tenny langsung di sun pipinya oleh Mama. “Ma kok ngga pada pake baju sih?” tanya adiku itu. “Ngga apa-apa.. cuma gerah aja” kata Papaku menimpali. Baca JUga Cerita Sex Lain nya di Malamnya ketika kami berempat sedang menonton sinetron aku dan adiku duduk dikarpet depan TV, sedang Papa dan Mamaku di atas sofa panjang. Ketika aku menoleh ke belakang, kulihat Mamaku sedang duduk di pangkuan ayahku sambil menyingkapkan dasternya dan terlihat jelas kontol Papaku diduduki oleh Mama. Iklan Sponsor Pantat Mamaku naik turun dengan disertai goyangan yang erotis. Lalu mereka pindah ke karpet dan posisinya yaitu… ayahku berbaring sedangkan Mamaku di atas kontol Papa sambil menghadap ke arah Papa. Lalu Mamaku menaik turunkan pantatnya sambil disertai goyangan…. “ahh.. sshhh… ahh…” slleep.. sleep Sllepp…” Terus goyang Ma.. ahh.. sshh…”. Aku dan adiku saling berpandangan…. memang hal seperti ini sudah tidak asing lagi dipertontonkan kepada kami, tapi kami berdua sepertinya mempunya pikiran yang sama…. rasa penasaran akan rasanya. Tiba-tiba si Emi salah satu pembantu masuk ke ruang keluarga… melihat tuan dan nyonyanya sedang entotan tidak membuat si Emi canggung. Iklan Sponsor “Nyonya.. makan malam nya sudah siap” kata si Emi. “Iya.. sebhen… thar.. sshh.. ahh” jawab ibuku. Aku hanya tersenyum saja. Tiba-tiba aku ada ide.. aku mengeluarkan kontolku dari balik celana… lalu minta si Emi untuk menghisap kontolku. Si Emi kaget… “nanti Nyonya dan Tuan marah lho Den” jawab si Emi “Ngga ah.. saya harus menyiapkan dulu minum buat makan nanti..” kata si Emi sambil ngeloyor pergi kebekalang. “Huh..” Aku bersungut-sungut. Tak habis akal.. aku menyodorkan kontolku ke mulut Mama yag sekarang posisinya menunggin dan Papaku sedang menusuknya dari belakang. Kunjungi JUga Mamaku manyambut kontolku dengan mulutnya… aku merasa keenakan. Setelah kontolku memerah aku mencabutnya dari mulut Mamaku dan posisi merekapun berubah lagi…. Mamaku kembali menduduki kontol Papaku. Papaku memegang pinggul Mama sambil sesekali meremas buah dada lalu membungkukan badannya untuk mencium bibir berciuman dengan heboh…. hmmmpp… cpot.. cpot.. hmmp ashhh …sssshhh… ahhh.. ashhh… aough….. Aku bingung apa yang mesti dikerjain nih. lalu aku melihat lubang anus Mama.”Wah.. ada lobang yang masih nganggur nih..” pikirku. Aku lalu memasukan kontpolku di anus Mama. Mama kaget.. tapi..” pelan-pelan sayang …Ahhh… Sshh..” erang Mama. Iklan Sponsor Aku langsung saja mengocokan kontolku dilubang anus Mama. Ahh sshh… ahh….. terus sayang.. masukan kontolmu… aahhh….. mmmhhh… Mama terlihat menikmati tentu saja akupun enjoy banget. Tapi Papa tampaknya terganggu dengan gerakan ku. “Ted.. jangan masukin kontol di situ… Papa jadi kagok nih” Akupun mencabut kontolku dengan kecewa. Kunjungi JUga “Kak.. masukin di sini saja”. Tiba-tiba terdengar suara Tenny adiku dan diapun telah menyingkapkan dasternya dan membuka celana dalamnya. Aku tersenyum… “Makasih ya Ten.. kamu adik yang paling pengertian” kataku. Sebelum sempat aku Mamasukan kontolku ke lobang memeknya Tenny Papa dan Mama menghentikan kegiatannya. “Sini Mama bantuin” kata Mamaku, lalu dia mebimbing kontolku masuk ke memek Sex “Tahan sedikit ya sayang..” kata Mamaku kepada Tenny. Lalu kontolku masuk perlahan-lahan .”Ahh.. Agh…. sakit ma..” jerit Tenny tertahan. “Tenang sayang nanti juga enak..” hibur Mama, lalu Mama meremas-remas toket adiku itu yang masih sekepal tangan. “Gimana enak..?” tanya Mamaku ke Tenny. Adiku tidak menjawab hanya bibirnya mendesis ssshh.. aahhhh…. sshhh…. terus kak.. ssshhh. Papaku tertawa.. “Wah udah keenakan dia” kata Papa. “Ted..gantian donk..” pinta Papa. Baca JUga Cerita Sex Tidak Takut “Waduh Papa.. ngeganggu aja nih” jawabku, lalu kita pun bergantian. Papa memasukan kontolnya ke memek Tenny. Tenny menahan nafas ketika kontol Papa masuk ke lobang memeknya, ada sensasi yang luar biasa memeknya dimasuki kontol yang lebih besar. Aku lalu tanpa buang waktu lagi kembali memasukan kontolku ke anusnya Mama. “Aaahhh….. ssshh…. terus sayang…… aahhhhh… ahhh….” erang Mamaku. Lima belas menit kemudian kami berempat mengeluarkan air surgawi kami bersama. “aaaahhh………” Sejak saat itu kami sering melakukan hubungan sex. Itu bisa terjadi antar aku dan Mama, aku dan Tenny, Mama dan Papa, Papa dan Tenny. tidak jarang aku dan Papa menggarap para pembantu bersama.– Berikut Cerita yang Berjudul “Cerita Dewasa Ngentot Mama Di Hotel” Selasa siang, sepulang dari kuliah, saya diajak ibu kepesta perkawinan keluarga di luar kota, yang jaraknya kurang lebih 200 km atau 4 jam perjalanan mobil kalau tidak lagi macet melewati Puncak. Pesta keluarga rencananya dilangsungkan sebentar Malam jam sampai selesai. dan diperkirakan jam akan selesai dan langsung pulang lagi ke rumah di Jakarta. Sesampai di tempat Pesta.. para sahabat dan keluarga banyak yang mengagumi kecantikan Ibu. Malah ada yang bercanda bahwa pasangan Kami saya dan Ibu Kandungku adalah ibarat pasangan suami isteri yang sangat serasi. Pokoknya diantara Keluarga dan sahabat , kami lah yang menjadi fokus pandang . Lebih wow… dibandingkan mereka yang sementara duduk dipelaminan malam itu. Memang Kecantikan ibu tidak ada duannya, melebihi kecantikan tamu2 sebayanya yang hadir malah masih lebih cantik dan seksi dibandingkan Ibu-Ibu 10 tahun lebih mudah dari Ibu, walau pun sebenarnya Ibuku sudah terbilang umur 40 tahun. Ibu selalu menjaga kesehatan dan tidak pernah melupakan senam, Kalau dirumah selalu merawat tubuhnya, agar tetap fit , cantik dan seksi. Tepat jam , kami pamitan untuk pulang, maklum rumah sangatlah jauh dan bila tidak ada halangan mungkin sampainya dirumah sudah tengah malam atau jam 02 Pagi….. tepatnya setengah jam kemudian pk kami telah meninggalkan tempat pesta dan saya langsung menancap mobil untuk pulang. dalam perjalanan tiba ibu mengingatkanku.. hati2 .. jangan terlalu kencang .. sayang !!!, jalannya sangat licin”, betul kata Mama, karena hujan yang turun mulai deras, mana lagi mendekati puncak semakin berkabut. Beberapa saat kemudian, Tiba2 stir mobil kurasakan sangat berat, ” Aduh Mamai…, Ban Mobilnya Kempes…”, secara refleks Ibuku menjawwabnya ” Cepat pinggirkan mobil kehalaman hotel terdekat … ntar nggak keburu … bisa —bisa kita ngadat di jalan .. mana hujan deras lagi”… iya Mam “jawabku singkat … sambil berbelok memasuki salah satu hotel berbintang yang ada di Kaki Lereng …Puncak. Sebelum kami keluar dari mobil, Ibuku berkata, .. ” Sayang, kalau Ban Mobilnya Kempes dan gak bisa ditolong lagi…, kita harus menginap di Hotel ini, Besok pagi aja perjalanan kita lanjutkan”, dan memang keadaan yang mengharuskan kami untuk singgah bermalam…di hotel berdua dengan mama Kami berdua dijemput dan diantar ke Resepsionis… , dan untuk mengurangi kecurigaan ,Ibuku langsung mencatat identitas kami berdua sebagai suami isteri , Ibu mengerling kepadaku.. sambil mengeluarkan Credite Cardnya untuk digesek sebagai jaminan nginap hotel 1 Malam. Setiba di Kamar, .. mama langsung tersenyum manis dan berkata..” Sayang… jangan macam2 yah!!!, walaupun ditempat pesta tadi malam , mereka bercanda katakan kita seperti pasangan suami isteri dan di resepsionis , mama juga mengatakan kita suami isteri , tetapi kamu tetap anak mama.. nggak boleh macam2 sama mama. yah !! .. spontan saya menjawab ” OK!! Mama.., sayang yang cantik ” . Entah dari mana datangnya keberanianku untuk merayu Ibuku, walaupun itu saya sampaikan secara bercanda … tetapi kalau dipikir, wah bisa berabe juga .. sekamar di Hotel dengan Ibu Kandung yang cantik dan seksi.. pasti dugaan orang kalau bukan Suami Isteri yang kemalaman pastilah peselingku yang kaya , dan yang jelas pastilah mereka memanfaatkan waktu yang sangat panjang untuk bersetubuh.., atau bersanggamah atau ngentot.. sepuas-puasnya, tidak ada dugaan ketiganya… Pikir2 tak diduga orang, tak terasa Yuniorku menegang..makin kencang .. kayaknya setan setan birahiku mulai menguasai fikiranku…membuatku hampir salah tingkah…, tiba2 Ibuku berkata ” Mama Mau Mandi dulu yah.., tolong bukakan korset mama”, wowww.. setan penggoda makin kuat, ” iya.. iya.. Mom” sahutku agak bergetar, sambil membuka korset Mama dan entah kenapa, saya mencoba melirik ke buah dadanya dari samping belakang, dalam hatiku berkata, walaupun mama tidak menggunakan korset tetapi cetakan tubuhnya sangat sempurna, Pinggang yang ramping bak pinggang anak perawan yang diikuti dengan pinggul lebar yang sangat serasi dengan tonjolan buah dada yang masih tegak menantang kedepan, ditambah lagi kulit Mama putih tak bernoda sangat halus dan harum…, Pastilah semua laki-laki ingin menikmati keindahan dan kesempurnaan alam yang ada pada Mama…tanpa kecuali termasuk saya, anak kandungnya…. Sewaktu mama di kamar mandi..terdengar sayup sayup riak air di Bak Mandi yang bersentuhan dengan tubuh montok mama yang telanjang bulat, tak terasa tanganku mulai memegan siyunior yang mulai tidak dapat dikendalikan dan tiba2 terdengar teriakan perlahan Mama ” sayang… kamu juga mandi ya !! airnya Nyaman dan hangat “ jawabku ” ntar Mam ” , ” Iya donk , masa sih mandi bareng ?” lalu senyap…, pikirku.. apa ini signyal plus dari mama???, atau hanya karena canda Mama ???, tak terasa.. genggaman pada Yuniorku makin kencang, “Sabar yah yunior.. kamu ntar saya masukan di memeknya mama ” gumanku dengan fikiran mulai kurang ajar dan kotor… Selang beberapa saat , Mama keluar dari kamar mandi, dan tubuh mama hanya dililit ketat oleh selembar handuk sebatas setengah buah dada mama ke bawah sampai sejengkal diatas lutut, Karena suhu kamar sangat sejuk , sambil berlari kecil.. Mama menuju spring bed langsung masuk dalam selimut yang tebal, lalu mama berkata ” Gantian mandinya… mama mau tidur duluan “, dan saya langsung menjawabnya ” gak jadi mandi Mam.., pagi aja sekalian…” jawabku singkat, karena jawaban ini sudah saya persiapkan agar cepat2 bisa tidur alias lebih cepat tidur di samping Mamaku, ” Terserah kamu aja… tapi kalau bau jangan baring disamping Mama ya??” Saya lewatkan kira-kira 10 menit setelah nafas mama seperti mulai teratur alias tidur… perlahan lahan saya naik ke pembaringan disamping kiri mama, maksud saya untuk ikut juga masuk dibalik selimut, saya tarik dan simak sedikit selimut yang satu-satunya akan kami pakai berdua, tetapi tiba2 mama mengeliat mungkin terasa hembusan dingin akibat selimut yang menutupi tubuhnya tersinkap sedikit.., tampak mama tidur dibawah selimut tanpa mengenakan sehelai kain alias telanjang bulat ,karena kami memang tidak mempersiapkan pakaian tidur , mama tidur miring membelakan disebelah kanan, perlahan saya masuk dibalik selimut disamping kiri mama yang telanjang , dan selang beberapa saat kemudian, mama membalikan tubuhnya dan wajahnya hampir menyentuh wajahku, kutatap matanya yang tertutup indah, bibir yang tipis merekah menantang, hidung kecil yang mancung.., kuberanikan dan kucoleng perlahan hidung mama, tetapi tak ada reaksi, kulanjutkan untuk menarik kebawah bibir mama yang tipis, agar tampak gigi yang putih rapi berjajar, juga tak ada reaksi dari mama, dan akhirnya dengan berdebar-debar kurapatkan mulutku dan kukecup bibir mama, mulai desak nafas mama sedikit terganggu, mungkin terhalang dengan hidungku akhirnya mama membuka sedikit mulutnya, tanpa kuberi kesempatan menutupnya , kusedot lidahnya, dan rupanya mamaku dalam tidurnya juga membalas ciumanku…, dan selanjutnya kualitas keberanianku kutambah dengan mulai memeluk dan melingkari badan mama dengan lenganku, reaksipun datang dengan makin merapatnya tubuh mama yang mungil dan telanjang ini kedadaku, paha mama mulai menyerang dan menyentuh yuniorku yang berubah menjadi Yunior yang kenyal dan berdiameter sebesar pergelangan tangan mama, pelukan mama mulai mengencang, mungkin bermaksud menarik obyek yang lebih hangat yang ada pada badanku, keadaan ini membuatku makin kesurupan, tangan kiriku mulai mengerayangi pingul mama, turun kebawah bagian bokongnya, terus turun dan berputar kedepan lebih kebawah lagi, dan akhirnya sampai kebulu pubis mama yang sangat halus, kutelusuri bibir vagina mama dan akhirnya jari telunjukku mengelitik klitorisnya…, Mama mulai berekasi , kedua paha mama menjepit , tangan kanannya mencakar punggungku dengan kuku mama yang tajam, mungkin ini dalah refleks akibat sesutu yang memasuki vaginanya, hanya mama yang tahu, tubuh mama saya dorong agar sedikit terlentang dan mulailah saya menindis setengah tubuh mama terutama buah dada kiri mama dengan tubuhku, paha kiri mama dengan paha kiriku, dan tangan kananku mulai saya aktifkan dari belakan leher mama untuk mengerayangi buah dada kanan mama, bibir mama dan bibirku membentuk satu ruang dan kedua lidah kami saling menggelitik, nafas mama makin memburu , saya makin kesurupan dan menyerang , akibat makin kerasnya remasan tangan kananku ditetek kanan mama dan jari telunjuk kiriku yang mengelitik klitoris mama yang mulai memanas dan mengeluarkan lendir membasahi vagina mama, akhirnya mama tersentak ” Hey… kamu ngapain Mama…ini gak boleh Ar… !!, “kata Mama kaget dan marah, jawabku sambil gemetar dan bernafsu campur aduk, ” saya tidak bisa tidur mam…, apalagi seranjang dengan mama yang lagi telanjang bulat” ” ohw.. begitu yach … mama terdiam agak lama lalu membalik membelakangiku , sambungnya “tetapi Jangan kasar gitu donk !!” lalu Mama terdiam lagi…namun napasnya masih memburu dan bergetar , inilah kata-kata mama yang kurang saya mengerti , apakah perbuatan saya tadi dibenarkan tetapi nggak boleh kasar atau ??? apa yach…. Saya tidak berani lagi ngomong macam2.. dan jawabku singkat “Maaf Mama” sambil menatap punggung mama yang masih agak bergetar, entah beberapa lama kami terdiam berdua tiba2 Mama Membalik sambil berkata ..”kalau kamu pingin bercinta dengan mama harus lembut dan perlahan-lahan aja.. kan masih banyak waktu”, sambungnya lagi “Kamu Anak Nakal boleh peluk dan mencium Mama , pokoknya tubuh mama malam ini kuserahkan semuanya kepadamu kecuali yang satu ini, yaitu Yuniormu yang gede ini dilarang keras memasuki vaginanya mama”, sambil mama memegang Yuniorku dan menarik dan menyapu kepermukaan vaginanya. ” tapi justru cuma yang satu ini milik mama yang paling nikmat ” selaku protes, dan mulai berani , “siapa yang bilang anak goblok ” , Mama mulai menindih tubuhku dan menciumku, Kubalas ciuman Mama , wow… sangat nikmat dibandingkan waktu saya mencium mama dalam keadaan tertidur, tetapi kali ini dengan sadar sesadarnya, justru mama memulai meransang, sambil melemparkan selimut kelantai, jadinya kami betul – betul telanjang bulat di udara kamar yang sejuk diatas ranjang . Kami berciuman dan berpelukan telanjang bulat dengan Mama , sangat lembut dan perlahan-lahan, rupanya mama juga sangat menikmatinya, Napas Kami mulai memburu , terkadang Mama mengeram dan menggeliat apabila kusentuh dan kupelintir halus putting teteknya .. Auhh!!, jangan disitu Ar..!!, Mama nggak tahan… sayannngggg, keluh Mama panjang…, “tetapi enak kan Mom!!” Aiii!!!…Mama makin kesurupan..dan berupaya meraup Yuniorku..yang makin kaku dan membesar Maksimal… Sewaktu Mama menggenggam Yuniorku ,Tubuh Mama kudorong menjadi terlentang dan dan kutindih dengan badanku ..Mulut Kami makin bersatu , kupeluk erat tubuh Mama yang mungil , dan Yuniorku kuarahkan ke Vagina Mama, tetapi Mama tetap menggenggam yuniorku, hanya menggosok-gosokan kepala yuniorku ke Mulut Vaginanya yang juga mulai berlendir. Terkadang Kepalanya sudah masuk setengah tetapi Mama , mengeluarkan nya lagi… Karena saya tidak tahan lagi perlakuan Mama seperti ini…Kutarik Tangan Mama yang menggenggam yuniorku agar terlepas..rupanya usahaku ini cukup berhasil dan dengan cepat kuselipkan kedalam Vagina Mama, Terasa Vaginanya sangat licin, menggesek dan berlendir serta berdenyut menjepit…Aowww…!!! Teriak Mama, Kugocok Vagina Mama dan mama mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang tak karuan… tetapi baru 2-3 kali gocokan, tiba2 Mama dengan kekuatan penuh… menaikan bokongnya tinggi-tinggi dan menggessernya jauh kesamping akhirnya yuniorku terlepas dari vaginanya ..clukppp …”Aiii!!!…kenapa dikeluarin Mam…”, “Nggak… boleh sayang..”. Tiba tiba Mama mulai bangun kemudian membawa selangkangnya ke wajahku persis mulut vaginanya berhadapan dengan mulutku , mama mulai menunduk dan meraih Yuniorku dan memasukan ke mulutnya dan melumutnya , terkadang Yuniorku digigitnya perlahan2 sambil bergantian dengan bibir yang lembut dan hangat, yang paling mengasikan kalau kepala Yuniorku digelitik dengan lidah mama, begitu juga klitoris mama , saya gelitik dengan ujung lidahku, terkadang mama hilang kontrol , mendengus menambah gocokan dan lilitan lidahnya di kepala Yuniorku, terkadang sangkin bernafsunya juga mama , tangannya ikut pula meramas biji pelirku… dan semuanya berlangsung saling kerja sama membantu masing masing mencapai puncak birahi yang membuat lupa segala-galanya bahwa berbuatan bersanggamah dengan ibu kandung yang orang katakan sangat tabu, tetapi justru sangat mengasikkankan dan jauh lebih nikmat dengan memek manapun….di dunia ini. Mama makin gila mengocok Yuniorku, dan akhirnya , saya tak tahan lagi…cepat donk mama… masukkin kedalam Vagina mama.., aowww…cret…. cret.. sabar sayang…kata mama kesurupan mempermainkan air maniku sambil menggosokkannya di-kedua buah dadanya… Mama juga tidak tahan sayang….,Tidak berapa lama kemudian mama berganti posisi, duduk persis diatas selangkangku persis posisi Yuniorku berhadapan langsung dengan vagina mama, mama menuntunnya dengan sangat gampang memasuki liang sanggamanya dan menjepitnya…wow…wow…. suatu kenikmatan yang sangat sulit dilukiskan dengan kata2, tidak ada lagi kenikmatan yang melebihi kenikmatan sewaktu Yuniorku dijepit dan dikocok oleh vagina mama, pinggul mama naik turun menyebabkan Yuniorku masuk makin kedalam dasar vagina mama,…, saya tidak ingin kenikmatan ini berlangsung cepat, saya turun dari pembaringan, menggendong mama sampil masih melekatkan Yuniorku kedalam vagina mama, kugoyang2 tubuh mama yang mungil, mama makin kesurupan…dan juga merasakan kenikmatan yang tiada tarnya…mata mama mulai terpejam… sambil berdengus ach–ach… mama tidak tahan lagi, minta diturunkan untuk mengakhiri permainan ini…” sayang… turunkan mama..tancapkan Yuniormu sayang lebih dalam..”, kubaringkan tubuh mama, kuperberat tekanan Yuniorku masuk ke vagina mama, mama menjepit makin kencang..vagina mama makin berdenyut2… dan akhirnya pelukan kami berdua makin kencang, mama seakan akan menggantung ditubuhku lekat dan sangat erat …cret–cret… dan rintihan kenikmatan mama bercampur aduk dangan geramanku… semuanya berakhir membawa kami berdua ke langit ketujuh… Setelah ledakan kenikmatan birahi bersanggamah dengan mama yang menghamburkan air mani kami berdua tercecer kemana-mana membuat kami berpelukan lemas dan penuh kebahagian… dan akhirnya jam didinding hotel telah menunjukan pukul 03 pagi. yang akhirnya kami berdua tertidur kelelahan dalam keadaan telanjang bulat berpelukan bagai bayi yang baru lahir… Keesokan harinya Mama dan Yuniorku keduluan terjaga… , Mama sambil memelukku ,menjepit hidungku sehingga saya sulit bernafas dan akhirnya saya juga terbangun…, Selamat Pagi Anak Nakal…sambut Mama sambil tersenyum manis…, tidak kusiasiakan Kesempatan ini , kutarik tubuh Mama persis menindih tubuhku, Kuraih wajah Mama dan kulemut bibirnya yang tipis…, Mama pun bereaksi menyambut ..malah dalam posisi tubuhnya menindih tubuhku… berusaha memasukan Yuniorku ke Vaginanya… Nampaknya Napsu Birahi Mama makin menjadi jadi setelah bersanggama , tidur istirahat semalam .. kusambut kebinalan Mama dan tiba –tiba Mama menghentikan gerakannya sambil berkata.. Ar, Kamu belajar dari mana kurang ajar setubuhi Mama . sebelum saya menjawab , Mama mengencangkan otot Vaginanya..membuat yuniorku makin kelelap..“Kan Mama yang ajarin…” jawabku singkat sambil membalikan tubuh Mama menjadi tertelungkup.., kuangkat pinggul Mama sedikit meninggi dan kuarahkan yuniorku ke Vagina Mama dari belakang.. Kembali terdengar geraman Mama.. “Jangan gini Ar..oww!!, tetapi goyangan Maya justru mendukung dan menyambut .. Kugocok Vagina Mama dari belakang…agar tidak terepas kedua tanganku menggenggam pinggulnya..Mama makin menggelapar.., dan kocokanku makin kencang …, tubuh Mama terangkat menyebabkan buah dadanya bergelantungan bergoyang seirama tumbukan Yuniorku ke Vaginanya, tiba-tiba mama meraih kedua tanganku dan membawa ke gundukan buah dadanya…dan Mama mengeram histeris tetapi suaranya teredam karena Wajah mama dibenamkan dikasur..Dalam beberapa saat kemudian , kami berdua mengambil posisi duduk berhadapan..tepanya Mama duduk diatas selanggkangku..dengan Vaginanya masih tetap menjepit yuniorku…, Mama menaik-turunkan bokongnya sambil mendengus dan saya menjilat leher Mama sambil meremas kedua buah dadanya…. Dan akhirnya kami mengalami orgasme dalam posisi duduk .. Kami duduk terdiam , berpelukan , saling menatap , mama tersenyum manis… , sambil kukecup bibir mama , kubaringkan tubuh Mama perlahan-lahan… dengan tidak melepas yuniorku didalam vagina Mama dan pelukanku… “ Mama..!!, ada satu permintaan Anakmu yang Nakal ini”, “apa sayang !!” sela mama, “ Saya sayang Mama dan saya sangat mencintai Mama, …Maukah Mama menjadi isteriku selama-lamanya??” Gila Kamu Ar.. Mana Ada Anak memperisteri Ibu Kandungnya” jawab Mama sambil tersenyum “, “tetapi kamu boleh setubuhi Mama kapan kamu mau, asalkan Ayahmu tidak tau” sambungnya.. Selama hamper sejam, kami berdua masih berbaring dan bercinta dengan keadaan telanjang bulat, saya berbaring terlentang sambil membelai rambut Mama yang acak2akan, Mama berbaring tertelungkup dengan kepala bersandar didadaku, wajahnya menengadah keatas sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafas kami berdua saling menyatu, tangan kiriku membelai tubuh Mama yang mungil, sampai kepinggang , terkadang kuelus buluh pubis Mama yang halus dan pahanya yang sangat Mulus, Mamapun tidak henti2nya mengelus yuniorku, seakan akan tidak rela apabila benda yang bulat panjang ini yang telah membuatnya menjadi setan histeris akan mengkerut. Cerita kami kami berdua dipenuhi dengan kata-kata cinta birahi dan model atau gaya bersetubuh, dan akhirnya Mama meminta ”Gendong Mama ke Kamar Mandi Sayang” Dikamar Mandi , tubuh kami berdua saling melekat terus …, Mama tidak pernah melepaskan ciumannya, sewaktu Mandipun kami bersetubuh berdiri, suatu kenikmatan tersendir yang mama belum pernah merasakannya yaitu Badan kami lumuri sabun cair sehingga sangat licin, Mama mencapai orgasme sewaktu saya menggendong dan menyetubuhinya sambil berdiri..tawa cekikan dan teriakan kenikmatan serta kebahagian birahi mama mengaun dikamar mandi. Dibak Mandi yang sempitpun Kami Mandi berdua melanjutkan babak berikut..dan akhirnya Mama pun orgasme kedua kalinya di Bak Mandi. Didalam air yang dipenuhi busa sabun dan birahi. Sangking Gilanya Kami berdua, Kami keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan telanjang bulat dan berpelukan, berciuman, kemudian saya duduk disopa, mama saya dudukan diatas selangkangku…, Yuniorku yang tak kunjung mengalah tetap berkubang di Vagina Mama.. sampai akhirnya Jam 11 lewat 30 menit..kami bersiap-siap check out dari hotel. Sewaktu kami hendak mengambil kunci Mobil diresepsionis, Kami disapa “Selamat Siang , terima kasih atas kunjungannya dan semoga Bapak dan Ibu menikmati Kebahagian di Hotel Kami”, Mama hanya tersenyum dan berjalan menggantung di Bahuku menuju ke Mobil Kami yang telah disiapkan. Gadis gadis kecilku Cerita ini bermula ketika aku berumur 32 tahun, aku waktu itu sudah bekerja sebagai kepala bagian di sebuah perusahaan BUMN, penghasilanku lebih dari cukup. Apapun bisa kupenuhi, hanya satu yang belum dapat kuraih, yaitu kebahagiaan keluarga, atau dengan kata lain punya istri dan punya anak. Aku hidup sebagai bujangan, kadang untuk memenuhi hasrat biologisku, aku mencarter wanita malam yang kesepian. Ketika itu aku masih kost di kota A, kota yang indah dan tidak terlalu ramai, sebab di kota A itulah aku bekerja. Aku kost di rumah seorang ibu muda dengan satu anak gadisnya. Sebut saja ibu muda itu adalah Tante Linda, dan anak gadisnya yang masih 12 tahun usianya dan duduk di bangku SMP kelas 1, namanya Lia. Suami Tante Linda, sebut saja Oom Joko bekerja di ibukota, di suatu instansi pemerintah, dan mempunyai jabatan strategis. Setiap 2 minggu sekali, Oom Joko pulang ke kota A, aku sendiri cukup akrab dengan Oom Joko, umurku dengannya tidak terlalu terpaut jauh. Oom Joko aku taksir baru berumur sekitar 35 tahun, sedangkan Tante Linda justru lebih tua sedikit, 37 tahun. Aku menyebut mereka Oom dan Tante, sebab walaupun beda umur antara aku dan mereka sedikit, tetapi mereka sudah berkeluaga dan sudah punya seorang anak gadis. Selama tinggal serumah dengan Tante Linda dan anak gadisnya, yaitu Lia, aku tidak pernah berpikiran buruk, misalnya ingin menyetubuhi Tante Linda atau yang lainnya. Aku menganggapnya sudah seperti kakak sendiri. Dan kepada Lia, aku juga sudah menganggapnya sebagai keponakanku sendiri pula. Sampai akhirnya ketika suatu hari, hujan gerimis rintik-rintik, pekerjaan kantor telah selesai aku kerjakan, dan saat itu hari masih agak siang. Aku malas sekali ingin pulang, lalu aku berpikir berbuat apa di hari seperti ini sendirian. Akhirnya aku putuskan meminjam kaset VCD Blue Film yang berjudul Tarzan X ke rekan kerjaku. Kebetulan dia selalu membawanya, aku pinjam ke dia, lalu aku cepat-cepat pulang. Keadaan rumah masih sangat sepi, sebab Lia masih sekolah, dan Tante Linda bekerja. Karena aku kost sudah cukup lama, maka aku dipercaya oleh Oom Joko dan Tante Linda untuk membuat kunci duplikat. Jika sewaktu-waktu ada perlu di rumah, jadi tidak harus repot menunggu Lia pulang ataupun Tante Linda pulang. Aku sebetulnya ingin menyaksikan film tersebut di kamar, entah karena masih sepi, maka aku menyaksikannya di ruang keluarga yang kebetulan tempatnya di lantai atas. Ah.. lama juga aku tidak menyaksikan film seperti ini, dan memang lama juga aku tidak ML making love dengan wanita malam yang biasa kupakai akibat stres karena kerjaan yang tidak ada habis-habisnya. Aku mulai memutar film tersebut, dengan ukuran TV Sony Kirara Baso, seakan aku menyaksikan film bioskop, adegan demi adegan syur membuatku mulai bernafsu dan membuat batang kemaluanku berontak dari dalam celanaku. Aku kasihan pada adik kecilku itu, maka kulepaskan saja celanaku, kulepaskan juga bajuku, sehingga aku hanya menggunakan kaos singlet ketat saja. Celana panjang dan celana dalamku sudah kulepaskan, maka mulai berdiri dengan kencang dan kokohnya batang kemaluanku yang hitam, panjang, besar dan berdenyut-denyut. Aku menikmatinya sesaat, sampai akhirnya kupegangi sendiri batang kemaluanku itu dengan tangan kananku. Mataku tetap konsentrasi kepada layar TV, melihat adegan-adegan yang sudah sedemikian panasnya. Tarzan yang bodoh itu sedang diajari oleh wanitanya untuk memasukkan batang kemaluannya itu ke lubang kemaluan si wanita. Batang kemaluan yang dari tadi kupegangi, kini telah kukocok-kocok, lambat dan cepat silih berganti gerakanku dalam mengocok. Setelah sekian lama, aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan cairan mani yang ingin keluar. Lalu, “Ahh… crrrottt.. cccroottt…,” aku sudah menyiapkan handuk kecil untuk menampung cairan mani yang keluar dari lubang kencing kemaluanku. Sehingga cairan itu tidak muncrat kemana-mana. Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata melihat ke arahku dengan tidak berkedip, sepasang mata itu rupanya melihat semua yang kulakukan tadi. Aku baru saja membersihkan batang kemaluanku dengan handuk, lalu sepasang mata itu keluar dari persembunyiannya, sambil berkata kecil. “Oom Agus, lagi ngapain sih, kok main-main titit begitu, emang kenapa sih?” kata suara kecil mungil yang biasa kudengar. Bagaikan disambar geledek di siang hari, aku kaget, ternyata Lia sudah ada di belakangku. Aku gugup akan bilang apa, kupikir anak ini pasti sudah melihat apa yang kulakukan dari tadi. “Eh, Llliiiiaaa.. baru pulang?” sahutku sekenanya. “Iya nih Oom, ngga ada pelajaran.” tukas Lia, lalu Lia melanjutkan perkataannya, “Oom Agus, Lia tadi kan nanya, Oom lagi ngapain sih, kok mainin titit gitu?” “Oohh ini..,” aku sudah sedikit bisa mengontrol diri, “Ini.. Oom habis melakukan olahraga , Lia.” “Ooohh.. habis olahraga yaaa..?” Lia sedikit heran. “Iya kok.. olahraga Oom, ya begini, sama juga dengan olahraga papanya Lia.” jawabku ingin meyakinkan Lia. “Kalo olahraga Lia di sekolah pasti sama pak guru Lia disuruh lari.” Lia menimpali. “Itu karena Lia kan masih sekolah, jadi olahraganya harus sesuai dengan petunjuk pak guru.” jawabku lagi. “Oom, Lia pernah lihat papa juga mainin titit persis seperti yang Oom Agus lakukan tadi, cuma bedanya papa mainin tititnya sama mama.” Lia dengan polosnya mengatakan hal itu. “Eh, Lia pernah lihat papa dan mama olahraga begituan?” aku balik bertanya karena penasaran. “Sering lihat Oom, kalo papa pulang, kalo malem pasti melakukannya sama mama.” ujar Lia masih dengan polosnya menerangkan apa yang sering dilihatnya. “Seperti ini yaa..?” sambil aku menunjuk ke cover gambar film Tarzan X, gambar Tarzan dengan memasukkan batang kemaluannya ke lubang kelamin wanitanya. “Iya Oom, seperti apa yang di film itu lho!” jawab Lia, “Eh.. Oom, bagus lho filmnya, boleh ngga nih Lia nonton, mumpung ngga ada mama?” “Boleh kok, cuma dengan syarat, Lia tidak boleh mengatakan hal ini sama papa dan mama, oke?” aku memberi syarat dengan perasaan kuatir jika sampai Lia cerita pada mama dan papanya. “Ntar Oom beliin coklat yang banyak deh.” janjiku. “Beres Oom, Lia ngga bakalan cerita ke mama dan papa.” dengan santai Lia menjawab perkataanku, rupanya Lia langsung duduk di sofa menghadap ke TV. Kuputar ulang lagi film Tarzan X tersebut, dan Lia menontonnya dengan sepenuh hati, adegan demi adegan dilihatnya dengan penuh perhatian. Aku sendiri termenung menyaksikan bahwa di depanku ada seorang gadis kecil yang periang dan pintar sedang menonton blue film dengan tenangnya. Sedangkan aku sendiri masih belum memakai celanaku, ikut melihat lagi adegan-adegan film Tarzan X itu, membuat batang kemaluanku tegang dan berdiri kembali, kubiarkan saja. Lama kelamaan, aku tidak melihat ke arah film Tarzan X itu, pandanganku beralih ke sosok hidup yang sedang menontonnya, yaitu Lia. Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film tersebut. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan. “Oom, tuh tititnya berdiri lagi.” kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang. “Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?” jawabku santai. “Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih.” Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu. “Pertanyaannya apa?” tanyaku. “Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke… apa tuh, Lia ngga ngerti?” tanya Lia. “Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?” jawabku menerangkan. “Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama.” Lia membenarkan jawabanku. “Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa.” kataku memberi penjelasan ke Lia. “Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?” tanya Lia lagi. Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri. “Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa.” jelasku. Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan. “Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak.” tambahku. “Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.” Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya. “Emang gitu kok. Ee…, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?” aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa. “Ayolah!” Lia mengiyakan. Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia. Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja. Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah. Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya. “Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.” Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara. “Oke, sekarang dimulai yaaa…?” Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini. Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya. Setelah puas aku menciuminya, “Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?” tanyaku meminta. “Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama.” kata Lia sedikit protes. “Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak.” kilahku meyakinkan Lia. “Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja.” jawab Lia akhirnya memperbolehkan. “Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara.” jawabku lagi. Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir. “Oom, kok enak banget nihhh… oohhh… enakkk…” desah Lia keenakan. Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku. “Lia, kocok dong tititnya Oom Agus.” aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku. Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya. Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama. “Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn…” pinta Lia. Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup. “Oommm… ssshhh… Lia mau pipis nich..” Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing. “Tahan dikit Lia… tahan yaaa…” sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya. “Udah ngga tahan nich Oommm… aahhh…” Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya. Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia. “Oohhh… Oom Agus… Lia merasa lemes dan enak sekali… apa sih yang barusan Lia alami, Oom…?” tanya Lia antara sadar dan tidak. “Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku. “Iya.. iya.. pingin Oom…” jawabnya langsung. Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar. Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit. “Lia… tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?” bujukku. “Iya Oom, mau dong…” Lia mengiyakan sambil manggut-manggut. “Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia” kataku lagi menjelaskan. “Final?” Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku. “Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi.” akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan. “Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu…” Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya. “Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku lagi. “Iya deh Oom…” Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya. Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat. “Blusss…” Lia menjerit cukup keras, “Ooommm… tititnya sudaaahhh masuk… kkaahhh?” “Udah sayang… tahan ya…” kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia. Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya. Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia. Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat. “Crruttt… crruttt…” Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba. Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda. Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama. Aku pun sangat memanjakannya, uang yang biasa kuhamburkan untuk membayar wanita malam, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya, uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan masih banyak lagi. Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom Joko menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom Joko yang kebetulan berurutan tanggalnya. Aku ditinggal berdua di rumah dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang dari kerja. Lia pernah menjanjikan kepadaku akan membawa teman-teman akrabnya main ke rumah untuk diajarkan olahraga senggama. Dan saat yang tepat adalah sekarang, dimana Tante Linda tidak akan ada di rumah untuk beberapa hari, dan Lia juga mulai libur karena kelasnya dipakai untuk testing uji coba siswa kelas 3. Sangat kebetulan sekali kalau hari ini sabtu, sekolah Lia pulang sangat awal dikarenakan guru-guru sibuk menyiapkan bahan untuk testing uji coba siswa kelas 3. Lia telpon ke kantorku, menanyakan apakah aku bisa pulang cepat atau tidak. Lia juga mengatakan kalau dia membawa teman-temannya seperti yang telah dijanjikannya. Kontan saja mendengar kabar itu, aku langsung ijin pulang. Sebelum pulang ke rumah kusempatkan mampir ke apotik untuk membeli sejumlah obat-obatan yang kuperlukan nantinya, aku ingin penantian yang begitu lamanya, di hari ini akan terlaksana. Sesampainya di rumah, benar saja, ada tiga gadis teman akrab Lia, mereka semua cantik-cantik. Tidak kalah cantik dengan Lia. Gadis pertama bernama Anna, wajahnya cantik, hidungnya mancung, rambutnya lurus potongan pendek, tubuhnya tidak terlalu kurus, senyumnya selalu menghiasi bibirnya yang sensual, payudaranya kelihatan belum tumbuh akan tetapi satu yang membuat aku heran, dari benjolan bajunya, kutahu kalau itu puting susunya Anna, sepertinya lumayan besar. Tetapi masa bodo, yang penting miliknya bisa dinikmati. Anna ini sepertinya tomboy, wow, kuat juga nih senggamanya, pikiran kotorku muncul mendadak. Lalu gadis kedua bernama Indah, wajahnya mirip Lia, hidungnya mancung, rambutnya lurus panjang sebahu, agaknya lumayan pendiam, tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Lia dan Anna, payudaranya sudah sedikit tumbuh, terlihat dari permukaan bajunya yang sedikit membukit, lumayan bisa buat diremas-remas, sebab tanganku sudah lama tidak meremas payudara montok. Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Devi. Ternyata Devi ini masih keturunan India, cantik sekali, rambutnya pendek, hidungnya sangat mancung, dan sepertinya sedikit cerewet. Tubuhnya sama dengan Lia, kecil dan imut, payudaranya kurasa juga belum tumbuh. Sekilas, puting susunya saja belum terlihat. Aku pulang tidak lupa dengan membawa oleh-oleh yang sengaja kubeli, aku manjakan mereka semua sesuai dengan pesan Lia. Teman-temannya ingin melihat olahraga senggama yang sering Lia lakukan. Lia memang sedikit ceroboh, membocorkan hal-hal seperti ini, tetapi Lia menjamin, karena ketiga gadis itu adalah sahabat sejatinya. Singkat waktu, malam pun tiba. Ketiga gadis teman Lia itu sudah berencana untuk menginap di rumah Lia, sebab besoknya adalah minggu, alias libur, seninnya juga masih libur dan lagi mereka pun sudah ijin kepada orang tuanya masing-masing untuk menginap di tempatnya Lia, alasannya menemani Lia yang ditinggal mamanya ke luar kota. Pertama sekali, aku diperkenalkan Lia kepada ketiga temannya, dan tidak ada basa-basi seperti apa yang kulakukan kepada Lia dulu. Aku meminta Lia memutarkan film Tarzan X kesukaannya kepada ketiga temannya itu. Gadis-gadis kecil itu rupanya sudah menantikan. Menonton pun dengan konsentrasi tinggi layaknya sedang ujian. Aku takjub melihat mereka, dan justru cekikikan sendiri melihat adegan demi adegan, sepertinya ketiga teman Lia itu sudah pernah melihat yang sesungguhnya atau pemandangan yang nyata. Setelah film usai, aku lalu beranikan diri bertanya ke mereka. Pertama sekali adalah ke Anna yang aku nilai paling berani. “Anna, Oom penasaran, kayaknya Anna sering lihat olahraga begituan?” tanyaku penuh selidik. “Iya benar kok Oom… Anna sering lihat olahraga begitu, terlebih kakak Anna sama pacarnya, mereka selalu berbuat begituan di rumah” jawab Anna jujur menjelaskan dan membenarkan. “Hah? Masak sih di rumah..” tanyaku lagi dengan heran. “Iya, bener kok Oom, sebab papa dan mama Anna kan ngga tinggal di sini” Anna menjawab keherananku. “Oohhh…” aku hanya bisa manggut-manggut. “Emang sih, Anna lihatnya dengan sembunyi-sembunyi, sebab merasa penasaran sebenarnya apa sih yang kakak Anna lakukan bersama pacarnya? Ternyata seperti di film Tarzan itu Oom…” Anna menjawab dengan menerangkan tanpa merasa aneh atau bahkan malu. Lalu aku selanjutnya bertanya kepada Indah. Indah sedikit tergagap sewaktu kutanya, ternyata Indah sendiri sudah mengetahui hal begituan secara tidak sengaja sewaktu sedang menjemur pakaian di loteng rumahnya. Indah bercerita, tanpa sengaja dia melihat di halaman belakang tetangganya, ada yang sedang bermain seperti yang dilakukan di dalam film Tarzan X tersebut. Intinya Indah tahu kalau titit itu bisa dimasukkan ke lubang wanita. Terakhir aku bertanya ke Devi, dengan polosnya Devi mengungkapkan kalau dia mengetahui hal-hal begituan dari melihat apa yang papa dan mamanya lakukan ketika malam hari. Sama seperti dengan pengalaman Lia pertama kali melihat hal itu. Setelah aku mendengar cerita mereka, aku menawarkan, apakah mereka ingin melihat langsung, kompak sekali mereka bertiga menjawab ya. Lalu aku bertanya sekali lagi, apakah mereka ingin merasakannya juga, sekali lagi dengan kompaknya, mereka bertiga menjawab ya. “Kalo begitu… Oom mulai sekarang ya…?” jantungku berdegup kencang karena girang yang tiada tara, aku tidak mengira akan semulus ini. Aku akhirnya melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan, sesuai dengan rencana, aku akan memamerkan olahraga senggama itu berpasangan dengan Lia, dan sebetulnya Lia yang mempunyai ide merencanakan itu semua. Anna, Indah dan Devi memandangi terus ke bagian bawah tubuhku, apalagi kalau bukan batang kemaluanku yang sangat kubanggakan, hitam, panjang, besar, berotot, dan berdenyut-denyut. Lia sendiri sudah melepaskan seluruh pakaiannya. Puting susu Lia sudah membenjol cukup besar karena sering kali kuhisap, dan oleh Lia sendiri sering ditarik-tarik saat menjelang tidur. Payudaranya masih belum nampak mulai menumbuh. Untuk bagian bawah, vagina Lia sudah sedikit berubah. Dulunya hanya seperti garis membujur, sekarang dari kemaluan Lia sudah mencuat bibir bibir berdaging, hal ini dikarenakan sudah sering kumasuki dengan batang kemaluanku tentunya, tetapi itu semua tidak mengurangi keindahan dan kemampuan empotnya hisapan dan pijatan vagina. Aku main tembak langsung saja kepada Lia, sebab aku tahu Lia sudah sangat berpengalaman sekali untuk hal beginian. Kupagut bibir Lia, tanganku memainkan puting susu dan liang nikmatnya, Lia sudah cepat sekali terangsang, kulepaskan pagutanku, lalu kuciumi puting susunya. Kuhisap bergantian, kiri dan kanan. Anna, Indah dan Devi melihat caraku memainkan tubuh telanjang Lia, napas mereka bertiga mulai memburu, rupanya nafsu ingin ikut merasakan telah menghinggapi mereka. Sekian lama kuciumi dan hisap puting susu mungil yang sudah lumayan membenjol besar itu, aku memang sangat suka sekali menetek dan menghisap puting susu, terlebih bila melihat ibu muda sedang menyusui bayinya, ouw, pasti aku langsung terangsang hebat. Setelah puas kuberkutat di puting susu Lia dengan ciuman dan hisapan mulutku, kualihkan ke liang senggama Lia, kalau dahulu Lia tidak bisa menahan puncak orgasmenya, sekarang sudah sedikit ada kemajuan. Kuhisap dan kuciumi liangnya, Lia masih bisa menahan agar tidak jebol, tidak lama aku merasakan Lia sudah bergetar, kupikir jika aku terlalu lama menghisap lubang senggamanya, Lia pasti tidak akan kuat lagi menahan cairan maninya keluar, maka langsung saja kumasukkan batang kemaluanku yang sudah sangat tegang itu ke lubang kenikmatan Lia. Aku tidak merasa kesulitan lagi untuk memasuki lubang vagina Lia, sudah begitu hapal, maka semua batang kemaluanku amblas ke dalam lubang senggama Lia. Anna, Indah dan Devi melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya batang kejantananku yang hitam, panjang dan sedemikian besarnya bisa masuk ke lubang senggama teman mereka, yaitu Lia. Mereka bertiga mendesah-desah aku merasa mereka sudah ingin sekali merasakan lubang kenikmatan mereka juga diterobos batang kejantananku. Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat, kemudian berganti posisi, berulang kali sekitar 15 menit. Aku sudah merasakan Lia akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama kemudian, Lia memelukku erat dan dari dalam lubang surganya aku merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala kejantananku yang berada di dalam lubang vaginanya. Banyak sekali Lia mengeluarkan cairan mani, Lia terkulai lemas, batang kejantananku masih gagah dan kokoh, memang aku sengaja untuk tidak menguras tenagaku berlebihan, target tiga vagina perawan yang menanti harus tercapai. Lia kusuruh istirahat, Lia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus beristirahat, selanjutnya kutawarkan ke Anna, Indah, dan Devi, siapa yang mau duluan. Sejenak mereka bertiga sepertinya ragu, lalu akhirnya Anna yang mengajukan diri untuk mencoba. “Bagus Anna, kamu berani deh.” pujiku kepada Anna. Tanpa berlama-lama, kusuruh Anna untuk membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, langsung saja Anna melakukan apa yang kusuruh, aku memandangi Anna yang mulai melepas pakaiannya satu persatu, sampai akhirnya telanjang bulat. Tubuh Anna putih bersih, apa yang tadi membuatku penasaran sudah terobati, puting susu Anna kunilai aneh, payudaranya memang belum tumbuh, akan tetapi puting susunya itu membenjol lumayan besar. Bentuknya unik dan baru kali ini aku melihatnya, bentuknya mengerucut tumpul, puting susu dan lingkaran hitam kecoklatannya menyatu dan meninggi. Kata kamus ilmiah, puting susu berbentuk seperti ini langka sekali dan kualitas sensitifnya sangat tinggi, bisa dikatakan sangat perasa sekali. Sedangkan vaginanya masih berupa garis, dengan bagian sisinya sedikit membukit. Sepertinya vagina ini kenyal sekali dan super enak. Tidak sabar rasanya kuingin segera merasakannnya. Aku langsung menciumi bibir Anna yang sensual itu, kupagut dengan mesra. Tanganku bergerak mengusap puting susu unik milik Anna. Benar saja, begitu telapak tanganku mengusap puting susunya, Anna merasa sangat terangsang. “Ouwww… Oommm… enak sekali Oom..” Anna mengomentari apa yang dirasakannya. Aku merasakan puting susu Anna mulai menegang. Segera saja kulepaskan pagutanku di bibir Anna, aku merasa senang, rupanya Anna telah tanggap dengan apa yang kumau, dengan tangannya sendiri menjepit puting susunya dan menyodorkan kepadaku. Maka dengan rakusnya, mulailah kuciumi dan kuhisap, Anna berkali-kali menjerit kecil. Rupanya puting susu Anna sangat perasa, tanganku tanpa sadar menyentuh kemaluan Anna, ternyata vagina Anna sudah basah dan banyak juga cairan maninya yang merembes keluar. Aku terus saja menyusu dan mengempot puting susu Anna, kiri dan kanan bergantian. “Oomm… Anna kok seperti mau pipis nih… Ada sesuatu yang mau keluar dari memek Anna nih…” Anna mengungkapkan apa yang akan terjadi. “Tahan dikit dong…” jawabku. Mendengar hal ini, kulepaskan hisapanku dari puting susu Anna, lalu mulutku beralih ke liang senggama Anna. Secara otomatis, Anna sudah mengangkangkan kedua kakinya, aku mencium aroma dahsyat dari liangnya Anna. Sungguh legit. Vagina Anna merah sekali dan sudah mengkilap, kujilati kemaluan yang basah itu, selanjutnya kuhisap dalam-dalam. Anna rupanya mengelinjang liar karena merasa nikmat. “Oomm… Anna udah ngga kuat lagi nihhh… aahhh…” jerit Anna seiring dengan tubunnya yang menegang. Saat itu, mulutku masih menghisap lubang kemaluan Anna, aku merasakan ada sesuatu yang menyemprot, rasanya asih dan gurih. Inikah cairan mani Anna karena sudah mencapai orgame pertamanya, tanpa pikir panjang kutelan saja cairan mani itu, kujilati dengan rakus. Kulihat juga buah klitoris Anna yang kecil mencuat berdenyut-denyut. Aku sendiri merasakan sudah akan mencapai puncak orgasmeku. “Anna.. Oom mau masukin titit Oom ke lubang memek Anna nih..” aku meminta ijin kepada Anna. “Ya Oom, masukin saja, ayo dong cepat…” Anna rupanya sudah tidak sabar lagi ingin merasakan batang kejantananku memasuki lubang surganya. Kuarahkan kepala senjataku ke lubang senggamanya Anna, Anna tanpa diminta memegang batang kemaluanku dan membimbingnya memasuki lubang kemaluannya. Surprise, insting Anna hebat juga nih pikirku, tanpa kesulitan, lubang vagina yang sudah banjir dengan cairan mani itu menerima kepala kemaluan dan batang kemaluanku. Lumayan sempit juga, untungnya tertolong oleh cairan mani dan pengertian Anna membimbing masuk batang kemaluanku sehingga aku tidak kerepotan saat memasukannya. “Blusss…” kutekan sepenuhnya, aku maju mundurkan dengan segera, perlahan, lalu cepat. Aku merasa akan mencapai klimaksku, hisapan vagina Anna sungguh dahsyat. Ini yang membuatku tidak kuat menahan cairan maniku untuk lama keluar. Anna memang kuat sekali, aku merasakan Anna berkali-kali menyemprotkan cairan maninya, mungkin ada lima kali lebih, akan tetapi Anna masih mampu mengimbangi gerakanku, hebatnya lagi, goyangan pantatnya. Oh edan, akhirnya aku merasa tidak kuat menahan lagi, kulihat Anna pun sudah akan mencapai orgasme puncaknya. “Anna.. kita sama-sama keluarkan yaaa.. please sayang..” pintaku sambil sekuat tenaga menahan. “Iiiiyaaa.. Oommm.. sekarang yaaa…” Anna berkata dengan bergetar. Aku mengeram, tubuhku menegang, tubuh kecil Anna yang kutindih, kupeluk erat sekali. “Crottt… crrruttt… aaahhh.. seerrr…” kukeluarkan cairan mani puncak orgasmeku di dalam lubang kemaluan Anna yang sempit itu. Karena banyaknya cairan mani di dalam lubang senggama Anna, lubang kelamin itu tidak bisa menampung semua, maka merembes dengan derasnya cairan mani itu keluar dari lubang senggama, cairan maniku yang bercampur dengan cairan mani Anna. Kucabut batang kemaluanku yang masih cukup tegang dari lubang kemaluan Anna, batang kejantananku sangat mengkilap, seperti habis di pernis. Indah dan Devi, tanpa sepengetahuanku ternyata telah telanjang bulat, rupanya mereka berdua tidak tahan melihat pergulatanku yang cukup lama dengan Anna. Memang kuakui Anna sangat kuat, cewek tomboy ternyata benar-benar hebat permainan senggamanya. Apa yang dikatakan orang memang bukan isapan jempol, aku sudah membuktikannya hari ini lewat gadis kecil bernama Anna. Kupikir jika gadis tomboy yang sudah matang pasti akan lebih kuat lagi. Kulihat juga Lia sudah selesai membersihkan badan dan sekarang dengan penuh pengertian sibuk di dapur untuk membuat makanan. Anna yang masih terkulai lemas, kusuruh untuk mandi dulu dan istirahat, lalu setelah itu kusuruh juga untuk membantu Lia di dapur. Indah dan Devi dengan telanjang bulat telah menghampiriku, dari pandangan mata mereka seolah meminta giliran. Aku sebenarnya merasa kasihan, aku masih cukup lelah untuk memulainya lagi. Kupikir kalau kubiarkan mereka terlalu lama menanti, pastilah akan membuat mereka kehilangan gairah nantinya, akhirnya kuminum obat yang kubeli tadi di apotik. Kuminum 6 pil sekaligus, reaksi obat ini sangat cepat, badanku merasa panas. Melihat tubuh-tubuh kecil telanjang bulat milik Indah dan Devi, batang kemaluanku yang tadinya loyo sekarang tegang dan mengacung-ngacung, gairahku lebih membara lagi. Indah seingatku tadi masih menggunakan pakaian lengkapnya, sekarang sudah telanjang bulat, sungguh aku mengagumi tubuhnya, payudaranya sedikit menumbuh dan membukit, puting susunya kecil, mungil, coklat kehitaman telah menegang sehingga meruncing, lubang kemaluannya pun kulihat sudah basah menunggu penantian. Lalu Devi, yang juga tadi masih kulihat berpakaian lengkap, sekarang telah telanjang bulat pula. Devi memang lain sendiri dibandingkan Anna, Lia dan Indah, mungkin karena masih keturunan India, akan tetapi Devi juga yang paling muda sendiri. Usianya selisih satu tahun lebih muda dibandingkan Anna, Indah maupun Lia. Jelas sekali dengan kurun usia relatif sangat muda, pertumbuhan payudaranya belum ada sama sekali, puting susunya juga belum menampakkan benjolan yang berarti, masih rata dengan dada. Tetapi karena terangsang, rupanya menjadi sedikit meruncing. Lalu vaginanya pun masih biasa saja, kesimpulanku Devi masih imut sekali. Mungkin satu tahun ke depan baru ada perubahan, aku sebenarnya tidak tega untuk menerobos keperawanannya sekarang, tetapi apa komentarnya nanti, pastilah dikatakan olehnya tidak adil, bahkan yang kukuatirkan adalah Devi nantinya akan marah dan cerita tentang hal ini kepada orang lain. Dalam waktu yang bersamaan, kurengkuh dua gadis kecil itu sekaligus. Kupagut bibir Devi, kuciumi leher dahi dan tengkuknya. Devi merasa enak dan geli, sedangkan Indah, puting susu dan payudaranya kuusap-usap dengan tanganku, payudaranya yang sudah cukup membukit menjadikan tanganku bisa meremasnya. Indah mendesah keenakan. Aku minta ke Indah untuk memijat-mijat batang kemaluanku, ternyata Indah pandai juga memijat. Batang kejantananku semakin menegang. Pijatan Indah sungguh enak sekali, apalagi remasan tangganya di buah kejantananku. Selanjutnya, kulepaskan pagutanku di bibir Devi, kulanjutkan dengan menghisap puting susu Devi yang meruncing kecil. Devi menggelinjang keenakan, kujilati dan kubuat cupang banyak sekali di dada Devi, sampai akhirnya aku beralih ke liangnya Devi yang sangat imut, kemaluan ini sama seperti kepunyaan anak-anak kecil yang sering kulihat mandi di sungai. Tetapi, ah masa bodo. Devi kegelian ketika kumulai menciumi, menjilat dan menghisap vaginanya itu. Kukangkangkan kedua kaki Devi, maka terkuaklah belahan kemaluan dengan lubang yang sangat sempit. Jika kuukur, lubang kemaluan itu hanya seukuran pulpen kecil. Aku sempat gundah, apakah batang kejantananku bisa masuk? Tetapi akan kucoba, kuyakin lubang surga itu kan elastis, jadi bisa menampung batang kemaluan sebesar apapun. Devi merasa sangat keenakan ketika kumainkan kemaluannya, berkali-kali Devi orgasme. Cairan maninya sungguh wangi. Setelah puas memainkan vagina Devi, kuminta Devi bersiap, sedangkan Indah kusuruh berhenti memainkan buah zakar dan batang kemaluanku. Lalu kupagut bibir Indah sebentar, kemudian kuciumi leher dan tengkuknya. Indah mendesah, tidak berapa lama, kuberalih ke payudara dan puting susu Indah. Kuciumi dan hisap dengan penuh nafsu, payudara yang baru membukit itu kuremas-remas dengan gemas. Puting susunya yang kecil itu kuhisap dan kusedot. Aku menyusu cukup lama, vagina Indah yang sudah basah pun tidak luput dari hisapanku. Devi sudah menunggu-nunggu, menantikan batang kemaluanku memasuki lubang nikmat kecilnya. Segera saja kuselesaikan hisapanku di lubang kemaluan Indah. Kurasa dengan lubang kemaluan Indah, aku tidak akan merasa kesulitan, lubang kemaluan Indah kunilai sama dengan punya Anna dan Lia waktu pertama kali dimasuki batang kejantananku. Yang kupikir, kesulitannya adalah lubang vagina Devi, selanjutnya kusuruh Indah untuk bersiap-siap juga. Kuludahi batang kemaluanku agar licin, lalu kuarahkan perlahan kepala kemaluanku itu ke lubang surganya Devi. Kutekan sedikit, meleset, kuposisikan lagi, tekan lagi, tetap saja meleset, tidak mau masuk. Untunglah Anna dan Lia datang, mereka berdua tanggap dengan kesulitan yang kuhadapi. Lia dengan sigap menepiskan kedua sisi vagina Devi dengan kedua sisi telapak tangannya. Lubang senggama Devi bisa terkuak, kucoba masukkan lagi, ternyata masih meleset juga, Anna yang melihat hal itu tanpa ragu-ragu juga ikut turun membantuku. Anna mengulurkan jari tanggannya, memijat bagian atas dan bawah lubang senggama Devi, sehingga secara elastis lubang kemaluan Devi bisa lebih terkuak sedikit. Aku berkonsentrasi memasukkan kepala kejantananku ke lubang senggama Devi itu. Kepala kemaluanku dengan sedikit kupaksakan, bisa masuk ke lubang surganya Devi, kutahu Devi merasa kesakitan. Devi hanya meringis dan dari sudut matanya meleleh air matanya. Indah yang dari tadi menunggu giliran lubang senggamanya ditembus batang kejantananku, karena mengetahui bahwa aku mengalami kesulitan, akhirnya ikutan pula membantuku memuaskan Devi. Tanpa malu-malu, Indah menyodorkan puting susunya ke mulut Devi, layaknya ibu kepada bayinya yang minta susu. Devi mengulum puting susu Indah dengan kuat. Indah merasakan kalau puting susunya digigit oleh Devi, Indah diam saja, hanya sedikit menyeringai, menahan sakit tentunya. Aku menekan terus, sehingga sudah separuh batang kejantananku masuk ke dalam lubang senggama Devi. Kepala kemaluanku bagaikan disetrum dan dihisap oleh suatu tenaga yang luar biasa mengenakan. Kutekan sekuat tenaga, dan “Blusss…” Masuknya seluruh batang kejantananku ke dalam lubang kemaluan Devi diiringi dengan dua jeritan. Yang pertama adalah jeritan Devi sendiri karena merasa sakit dan enak, matanya sampai meram melek, kadang membelalak. Satunya lagi adalah jeritan Indah, sebab tanpa Devi sadari, Devi telah menggigit keras puting susu Indah yang masih dikulumnya itu. Anna dan Lia hanya tersenyum-senyum saja, kubiarkan batang kejantananku membenam di dalam lubang senggama Devi. Kurasakan empotan-empotan vagina Devi. Setelah sekian lama aku menikmati, kumundurkan pantatku, ternyata bibir kemaluan Devi ikut tertarik. Bibir kemaluan Devi mengikuti gerakan pantatku, begitu aku mundurkan maka bibir kemaluan Devi akan mencuat ke atas karena ikut tertarik. Sebaliknya, jika kumajukan lagi pantatku, maka bibir kemaluan Devi pun ikut mencuat ke bawah dan terbenam. Sungguh fantastis, aku tidak menyesal merasakan enaknya yang luar biasa. Kupercepat gerakan maju mundurku, semakin lama aku merasakan lubang senggama Devi membasah dan membanjir. Lorong lubang vagina Devi pun semakin licin, tetapi tetap saja sempit, sampai akhirnya Devi terkuras tenaganya dan tidak bisa mengimbangiku mencapai puncak kenikmatan. Tubuh Devi berkali-kali menegang. “Oommm… Devi pipis lagi… ahhh…” desahnya. Cairan mani putih dan hangat milik Devi merembes deras keluar dari celah-celah lubang kemaluannya yang masih disumpal oleh batang kejantananku. Devi sudah lelah sekali, aku pun sudah mulai bergetar pertanda puncakku pun sudah dekat, maka kucabut saja batang kemaluanku dari lubang senggama Devi. Begitu kucabut, terdengar bunyi, “Ploppp…” seperti bunyi batang pompa dikeluarkan dari pipanya. Devi kusuruh istirahat, ternyata Devi suka menyusu juga, karena puting susu Indah ternyata masih dikulumnya. Devi manja tidak mau melepaskan, sampai akhirnya, Anna yang sedang duduk-duduk berkata. “Eh Vi… udah dong neteknya, kasihan tuh Indah, kan sekarang gilirannya dia.” Anna mengingatkan, “Besok-besok kan masih bisa lagi…” tambah Anna. “Iya-iya… aku tahu kok…” Devi akhirnya menyadari, lalu melepaskan puting susu Indah dari mulutnya. “Vi… nih kalo mau… puting susuku juga boleh kamu isepin sepuasnya…” ujar Anna sambil memijat-mijat sendiri puting susunya yang membenjol paling besar sendiri. Devi mau saja memenuhi ajakan Anna, maka kulihat Devi begitu rakusnya mengulum dan menyedot puting susu Anna. Kadang Devi nakal, menggigit puting susunya Anna, sehingga Anna menjerit kecil dan marah-marah. Setelah lepas dari Devi, Indah kemudian menempatkan diri dan bersiap-siap. Indah mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, sehingga terkuaklah lubang senggamanya yang sudah cukup basah karena cairan mani yang meleleh dari dinding di lubang vaginanya. Betul juga, aku berusaha tanpa melalui kesulitan, berhasil memasuki lubang senggama Indah, seperti halnya aku pertama kali menerobos lubang kemaluan Lia dan Anna. Kumasukkan batang kejantananku seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan Indah. Indah menahan perih, karena keperawanannya baru saja kutembus. Tetapi karena sudah sangat bernafsunya, maka rasa perih itu tidak dirasakannya lagi, yang ada hanyalah rasa enak, geli dan nikmat. Indah meram melek merasakan adanya batang kejantananku di dalam lubang senggamanya. “Oom Agus, gerakin dong…” Indah memintaku untuk segera memulai. “Baik Indah, Oom minta Indah imbangi Oom ya…!” Indah tidak menjawab tetapi hanya manggut-manggut. Kumulai saja gerakan maju mundur pantatku, batang kemaluanku masuk dan keluar dengan leluasanya, pertama dengan perlahan dan kemudian kupercepat. Indah sudah banyak belajar dari melihat langsung permainanku tadi dengan Lia, Anna, maupun dengan Devi. Indah memutar-mutar pantatnya sedemikian rupa. Aku merasa kalau Indah yang pendiam ternyata mempunyai nafsu yang besar. Kurasa Indah akan lebih kuat mengimbangiku. Betul juga dugaanku Indah memang kuat juga, setelah hampir seperempat jam kuberpacu, Indah masih belun juga mengeluarkan cairan maninya, sedangkan aku sendiri memang masih bisa menahan puncak orgasmeku, disebabkan aku telah minum obat dopping 6 pil sekaligus. “Ayoooo Oomm… Indah merasa enakkk… terusiiinnn…” Indah kembali meracau. Kuteruskan memacu, aku heran, kenapa Indah bisa selama ini, padahal Indah baru pertama kali merasakan nikmatnya senggama. “Indah… kamu kok kuat sekali sih…?” tanyaku sambil terus memacu. “Ini berkat obat Oom lhoooo…” jawab Indah bersemangat sambil memutar-mutarkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, sedangkan kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan sesekali menarik-narik puting susunya yang masih menegang. Aku kaget juga mendengar pengakuan Indah, sampai aku berhenti melakukan gerakan. Ternyata Indah meminum obatku juga, jelas saja. “Kok berhenti Oom… gantian Indah yang di atas ya?” kata Indah lagi. Aku diam saja, kami berganti posisi. Kalau tadi Indah dalam posisi aku tindih, sekarang Indah yang berada di atas dan menindihku. Indah menaik-turunkan pantatnya, maju mundur, perlahan dan cepat, kadang berposisi seperti menunggang kuda, liar dan binal. Permainan dalam posisi Indah di atas dan aku di bawah, ternyata menarik perhatian Lia. Dari tadi Lia memang hanya melihat pergulatanku dengan Indah. “Oom Agus… masa sih kalah sama Indah…” sindir Lia kepadaku. “Ngga dong… tenang saja Lia…” jawabku membela diri. Kulihat juga Devi rupanya menyudahi kegiatan menyusunya dari puting susu Anna. Mereka bertiga rupanya tertarik menontonku. Kadang berkomentar yang membuatku tersenyum. “Yaccchhh… Oom Agus ngga adil… Oom Agus curang, sama Indah bisa selama ini, sama Anna kok cepet sekali.” Anna memprotes. “Lho, kan Anna tadi sudah kecapean, maka Oom suruh istirahat, dan cuma Indah sendiri yang belon capek nih…” lanjutku. Indah sudah berkeringat banyak sekali, aku merasakan ada cairan hangat yang merembes di batang kejantananku. Aku sendiri mulai merasa adanya desakan-desakan dari pangkal kemaluanku. “Oomm… Indah udah ngga kuat nahannya nih… sshh heehh…” kata Indah sepertinya menahan. Mendengar ini, langsung saja kuganti posisi lagi. Aku kembali di atas dan Indah di bawah, kupercepat gerakanku sampai maksimal. “Oommmm… Indahhh… aaakkkhhhh… hekkksss aahhh…” Indah menjerit histeris. Tubuhnya menegang dan memelukku dengan erat, rupanya Indah telah mencapai puncak nikmatnya, dari dalam lubang senggamanya menyemprot berkali-kali cairan maninya yang hangat menyiram kepala kejantananku yang masih berada di dalam lubang vaginanya. Lubang kemaluan Indah dibanjiri oleh cairan maninya sendiri, becek sekali vagina Indah. Batang kejantananku sampai terasa licin, sehingga menimbulkan bunyi berdecak. Indah sudah tidak bisa mengimbangiku, padahal aku dalam keadaan hampir sampai, katakanlah menggantung. Kucabut saja batang kemaluanku dari lubang senggama Indah, lalu kutarik Devi yang sedang duduk bengong, kusuruh Devi tidur telentang dengan kaki di kangkangkan. Devi tahu maksudku. Segera saja Devi melakukan apa yang kusuruh. Anna dan Lia langsung riuh berkomentar. “Yacchhh Oom Agus, kok Devi sih yang dipilih…” rungut Anna. Sedangkan Lia hanya tersenyum kecut sambil berkata, “Ayoooo Oomm… cepetan dong… habis ini kita makan… Lia udah buat capek-capek tadi.” sambil menyuruhku menyelesaikan finalnya. Aku seperti terhenyak. Segera saja kumasukkan batang kejantananku ke lubang senggamanya Devi yang masih merah. Beruntung sekali, lubang senggama itu masih basah oleh cairan mani, sehingga hanya dengan kupaksakan sekali saja langsung masuk. Lubang kemaluan Devi yang begitu sempit memijat hebat dan menghisap batang kejantananku. Aku ingin menyelesaikan puncak orgasmeku secepatnya. Makin kupacu gerakanku. Devi yang tadinya sudah dingin dan kurang bernafsu langsung terangsang lagi. Tidak sampai lima menit, aku memeluk erat tubuh kecil Devi dan kumuncratkan cairan maniku di dalam lubang senggama Devi. “Aaahhh… hiaaahhh… Cruuutttt… Crottt…” Cairan maniku banyak sekali. Aku langsung lemas seketika. Batang keperkasaanku pun sudah mulai loyo, sungguh pergulatan yang hebat. Aku dikeroyok oleh empat gadis kecil dengan hisapan mulut senggamanya yang luar biasa. Kucabut batang kejantananku dari lubang nikmatnya Devi. Kemudian kuajak Devi dan Indah mandi sekalian denganku. Habis mandi kami makan bersama, lumayan enak makanan buatan Anna dan Lia. Setelah makan, aku mengevaluasi dan bercakap-cakap dengan gadis-gadis kecil itu. Ternyata Anna, Lia, Indah dan Devi masih bersemangat dan mereka mengajakku melakukannya lagi. Aku terpaksa menolak, kelihatan sekali mereka kecewa. Untuk mengobati rasa kecewa mereka, kuberikan kepada mereka kaset BF tentang lesbian untuk ditonton. Isi ceritanya tentang hubungan badan wanita dengan wanita yang saling memberi rangsangan. Aku hanya mengawasi saja, sampai akhirnya mereka mempraktekkan apa yang baru saja mereka tonton.

daftar cerita sex sedarah